Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GEMPA POSO: Tanggap Darurat Hingga 5 Juni

Pemerintah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari pada 30 Mei hingga 5 Juni untuk penanganan gempa bumi yang terjadi pada Senin (29/5/2017).
Sejumlah warga mengungsi ditenda darurat di Desa Sedoa, Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (31/5/2017) akibat gempa 6,6 skala Richter pada Senin (29/5/2017) yang terus diikuti rarusan gempa susulan./Antara-Fiqman Sunandar
Sejumlah warga mengungsi ditenda darurat di Desa Sedoa, Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (31/5/2017) akibat gempa 6,6 skala Richter pada Senin (29/5/2017) yang terus diikuti rarusan gempa susulan./Antara-Fiqman Sunandar

Kabar24.com, JAKARTA - Pemerintah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, menetapkan masa tanggap darurat selama 7 hari pada 30 Mei hingga 5 Juni untuk penanganan gempa bumi yang terjadi pada Senin (29/5/2017).

"Penanganan darurat dampak gempa 6,6 Skala Richter yang mengguncang daerah Poso dan sekitarnya pada 29 Mei terus dilakukan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho lewat keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta pada Kamis (1/6/2017).

Dia mengatakan pendataan masih terus dilakukan hingga saat ini dengan korban gempa empat orang luka berat, 21 orang luka ringan, dan tidak ada korban tewas.

Sebanyak 348 bangunan rusak yakni 168 rumah rusak berat, 143 rumah rusak ringan, satu gereja rusak berat, lima gereja rusak ringan, 11 sekolah rusak berat, dua sekolah rusak ringan, dua masjid rusak ringan, dan enam perkantoran.

Sebanyak 328 kepala keluarga (KK) mengungsi karena rumah mereka rusak dan menghindari gempa susulan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan sudah terjadi 200 kali gempa susulan dengan intensitas gempa yang menurun. Masyarakat mengungsi di sekitar lingkungan rumahnya dengan mendirikan tenda, terpal dan memanfaatkan sisa bangunan yang ada.

Sutopo mengatakan daerah yang banyak mengami kerusakan meliputi tujuh kecamatan di Kabupaten Poso yaitu Kecamatan Lore Utara, Poso Pesisir, Poso Pesisir Utara, Lore Peore, Poso Kota, Poso Kota Utara dan Lage.

Daerah yang rusak paling parah adalah di Kecamatan Lore Utara meliputi Desa Sidoa, Alitupu, Wuasa, Watumaeta, Kaduwa, dan Dodolo.

Pengungsi, kata dia, tersebar di Desa Sidoa 292 KK pengungsi dan 36 KK di Desa Alitupu. Di Desa Alitupu 31 rumah rusak berat, 48 rumah rusak ringan, dua gereja rusak berat, tiga gereja rusak ringan, dan dua masjid rusak ringan.

Sedangkan di Desa Watumaeta terdapat 32 rumah rusak berat, 58 rumah rusak ringan, dua sekolah rusak berat, tiga gereja rusak berat, dan satu masjid rusak berat.

Adanya bangunan sekolah yang rusak berat, lanjut dia, maka aktivitas belajar di sekolah diliburkan di Desa Alitupu dan di Desa Watumeta karena ruangan belajar tidak dapat digunakan. BPBD Kabupaten Poso bersama TNI, Polri, SAR, SKPD, PMI, relawan dan masyarakat melakukan penanganan darurat. Bantuan terus disalurkan kepada masyarakat yang terdampak gempa.

BPBD Sulteng telah memberikan bantuan berupa paket kesehatan keluarga 38 paket, family kit 55 paket, paket makanan tambahan gizi 18 dos, paket lauk pauk 38 dos, matras 80 lembar, paket kidsware 12 paket, mie instan 50 dos, ikan kaleng 15 dos, dan tenda gulung 20 lembar.

Kebutuhan mendesak saat ini adalah listrik, air bersih, selimut, tenda pengungsi dan bahan makanan. Di beberapa tempat listrik masih padam.

Menurut Sutopo, Poso rawan gempa. Sumber gempa 66,6 SR berasal dari aktivitas Sesar Palolo Graben. Sesar Palolo merupakan satu di antara lima sesar aktif yang sering menimbulkan gempa di Sulteng.

Sesar Palolo, kata dia, memanjang 70 kilometer dan membentuk lembah Palolo dan lembah Sopu. Sesar ini aktif dan beberapa kali terjadi gempa yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan seperti tahun 1995, 2005, dan 2012.

Pada kejadian gempa tahun 2012 dengan kekuatan gempa 6,2 SR mengakibatkan lima meninggal dunia, 94 orang luka-luka, dan 1.626 rumah rusak.

"Dengan alam yang seperti ini hendaknya penataan ruang dan penerapan code building harus ditegakkan. Bangunan dan perumahan harus memenuhi kaidah konstruksi tahan gempa. Masyarakat juga terus ditingkatkan kesiapsiagaan menghadapi gempa agar korban dan kerugian dapat ditekan," kata Sutopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper