Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BOM MANCHESTER INGGRIS: Rahasia Intelijen Bocor ke Media AS. Inggris Berang. Ini Respons Trump

Inggris tak menyembunyikan kekesalannya atas pembocoran rahasia interlijen kepada media AS terkait bom Machester.
Kepanikan melanda penonton konser Ariana Grande di Manchester Arena, Inggris, Senin (22/5/2017) malam./Reuters
Kepanikan melanda penonton konser Ariana Grande di Manchester Arena, Inggris, Senin (22/5/2017) malam./Reuters

 

Kabar24.com, BRUSSEL, London - Inggris tak menyembunyikan kekesalannya atas pembocoran rahasia interlijen kepada media AS terkait bom Machester.

Kepolisian Inggris yang berang berhenti berbagi informasi dengan badan-badan AS.

Sebelumnya, Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan, ia akan menyampaikan kepada Trump bahwa kerahasiaan informasi intelijen yang saling dibagikan antara kedua negara harus dijaga.

Menanggapi kekesalan Inggris, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, Kamis (25/5/2017), pembocoran rahasia "yang sangat mengganggu" kepada media massa AS soal pengeboman bunuh diri Manchester akan diselidiki.

"Dugaan kebocoran yang datang dari badan-badan pemerintah adalah hal yang sangat mengganggu," kata Trump dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah ia tiba di Brussel untuk menghadiri pertemuan puncak negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), yang juga dihadiri PM May.

"Saya meminta Departemen Kehakiman [AS] dan lembaga-lembaga terkait lainnya untuk melakukan peninjauan penuh terhadap masalah ini, dan jika pantas, pelaku [pembocoran] harus diadili berdasarkan hukum yang berlaku."

Salman Abedi, seorang pria berusia 22 tahun dan lahir di Inggris dari orang tua asal Libya, meledakkan diri pada Senin malam di stadion tertutup Manchester Arena setelah pertunjukan digelar oleh penyanyi AS Ariana Grande.

Sebagian besar pengagum Ariana Grande adalah anak-anak dan remaja.

Pengeboman itu menewaskan 22 orang, dari murid perempuan berusia delapan tahun hingga orang tua yang datang untuk menjemput anak-anak mereka.

Status resmi ancaman telah dinaikkan ke tingkat "kritis", yang berarti serangan berikutnya bisa segera terjadi.

Dengan tingkat status tersebut, pasukan tentara telah dikerahkan untuk membantu polisi sementara para petugas bersenjata memeriksa kereta-kereta untuk pertama kalinya di Inggris.

Kepolisian, yang meyakini bahwa Abedi merupakan bagian dari suatu jaringan, telah menahan delapan orang terkait serangan.

"Saya ingin meyakinkan masyarakat bahwa penahanan yang kami lakukan adalah hal yang sangat penting, dan pemeriksaan awal telah menunjukkan hal-hal yang kami yakini sangat penting bagi penyelidikan," kata kepala kepolisian Manchester Ian Hopkins.

Seorang sumber yang mengetahui proses penyelidikan mengatakan kepada Reuters bahwa Abedi kemungkinan merakit sendiri bomnya atau dengan bantuan seorang kaki tangan. Informasi itu berbeda dengan perkiraan sebelumnya bahwa perakit bom kemungkinan buron.

"Pencarian masih dipusatkan pada para kaki tangan dan jaringan, tapi mungkin saja ia merakit bomnya sendiri," kata sumber itu.

Dalam tiga hari terakhir, sejumlah keterangan rinci penting dari penyelidikan, termasuk nama pengebom, pertama kali muncul di media AS.

Kebocoran informasi itu membuat berang kepolisian Inggris, yang mengkhawatirkan hal itu berisiko mengganggu proses penyelidikan yang sedang mereka jalankan.

Keputusan untuk menghentikan informasi kepolisian dengan badan-badan Amerika Serikat merupakan langkah luar biasa yang diambil Inggris.

Negara itu biasanya berusaha keras menekankan "hubungan khusus"nya dengan Amerika Serikat.

Serangan Manchester melukai 116 orang, yang 75 di antaranya dirawat di rumah sakit dan 23 lainnya masih berada dalam kondisi kritis, kata pihak berwenang bidang kesehatan.

Banyak kota di Eropa, termasuk Paris, Berlin dan Brussel, mengalami serangan dalam dua tahun terakhir ini, yang menggarisbawahi pentingnya kerja sama intelijen rahasia.

Inggris secara rutin berbagi informasi intelijen secara bilateral dengan Amerika Serikat, dan sebagai bagian dari jaringan "Lima Mata", yang juga meliputi Australia, Kanada dan Selandia Baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper