Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RANSOMWARE WANNACRY : 200 Ribu Korban di 150 Negara

Serangan siber pada Jumat (13/5/2017) menyerang 200.000 korban yang tersebar di sekitar 150 negara dan jumlah itu dapat bertambah ketika para pegawai mulai kembali bekerja pada Senin (15/5/2017), kata kepala badan kepolisian Uni Eropa pada Minggu (14/5/2017) waktu setempat.
Ilustrasi virus Wannacry Ransomware menyerang perangkat lunak komputer di berbagai negara/Istimewa
Ilustrasi virus Wannacry Ransomware menyerang perangkat lunak komputer di berbagai negara/Istimewa

Kabar24.com, JAKARTA - Serangan siber pada Jumat (13/5/2017) menyerang 200.000 korban yang tersebar di sekitar 150 negara dan jumlah itu dapat bertambah ketika para pegawai mulai kembali bekerja pada Senin (15/5/2017), kata kepala badan kepolisian Uni Eropa pada Minggu (14/5/2017) waktu setempat.

Pakar keamanan dunia maya mengatakan, bahwa penyebaran virus dengan nam Ransomware WannaCry yang mengunci sistem komputer di perusahaan produksi mobil, rumah sakit, toko, dan sekolah di beberapa negara telah melambat, namun setiap waktu dapat meningkat kembali.

Direktur Europol Rob Wainwright mengatakan, kepada ITV Peston pada Minggu (14/5/2017) bahwa program serangan itu unik, karena ransomware digunakan dalam kombinasi dengan "fungsi worm" sehingga infeksi menyebar secara otomatis.

"Jangkauan global belum pernah terjadi sebelumnya. Hitungan terakhir 200.000 korban di setidaknya 150 negara, dan para korban tersebut, kebanyakan dari kalangan bisnis, termasuk perusahaan besar," katanya seperti dikutip Reuters.

"Saat ini, kita sedang menghadapi ancaman yang meningkat. Jumlahnya naik; Saya khawatir jumlahnya akan terus bertambah ketika para pekerja memulai aktivitasnya dengan menggunakan komputer pada Senin," tambahnya.

NHS Diserang

Dia mengatakan, bahwa Europol dan agen lainnya belum mengetahui siapa pelaku di balik serangan tersebut, namun biasanya hal ini disebabkan oleh pemikiran kriminal, dan itu merupakan teori pertama untuk mencari alasan yang jelas.

"Tentu ada jumlah yang dituntut, namun jumlahnya relatif kecil 300 dolar hingga 600 dolar jika anda tidak membayar dalam waktu tiga hari," katanya.

"Sudah ada beberapa transaksi pembayaran sejauh ini yang kami temui ketika kami melacak kasus ini, namun kebanyakan mereka tidak membayar, jadi tidak banyak uang yang didapat oleh organisasi kejahatan itu sejauh ini," tambahnya.

Wainwright mengatakan, bahwa Europol khawatir dengan keamanan siber di sektor kesehatan, yang menangani banyak data sensitif, namun ia menolak berkomentar mengenai apakah Dinas Kesehatan Inggris telah memberikan dana secara memadai.

Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mengatakan kepada BBC bahwa pemerintah di bawah Perdana Menteri Theresa May menghabiskan sekitar 50 juta poundsterling untuk memperbaiki sistem komputer di NHS setelah memperingatkan layanan yang dibutuhkan untuk mengurangi paparannya, "Sistem terlemah, Windows XP".

"NHS tidak terlalu ditargetkan, sama saja seperti serangan terhadap Nissan pada Jumat dan di wilayah ekonomi lain di seluruh dunia," kata Fallon.

"Tapi saya hanya meyakinkan Anda, kami menghabiskan uang untuk memperkuat pertahanan siber sistem rumah sakit kami," tambah Fallon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper