Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Kota, Perempuan Lebih Banyak Alami Kekerasan

Badan Pusat Statistik merilis hasil Survei Pengalaman Hidup Nasional bahwa perempuan kota lebih banyak mengalami kekerasan dibandingkan perempuan yang hidup di desa.
Aktivis berunjuk rasa di Hari Perempuan Internasional, Selasa (8/3/2016)/Antara-Iggoy el Fitra
Aktivis berunjuk rasa di Hari Perempuan Internasional, Selasa (8/3/2016)/Antara-Iggoy el Fitra

Bisnis.com, JAKARTA -  Badan Pusat Statistik merilis hasil Survei Pengalaman Hidup Nasional bahwa perempuan kota lebih banyak mengalami kekerasan dibandingkan dengan perempuan yang hidup di desa.

"Sebanyak 36,3%  perempuan di kota mengalami berbagai bentuk kekerasan baik dari pasangan maupun bukan pasangan angka itu lebih besar dibandingkan perempuan di desa yaitu sebesar 29,8%," kata Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (30/3/2017).

Menurut Suhariyanto, banyak perempuan di kota mengalami kekerasan karena tekanan hidup di kota lebih tinggi, sehingga orang-orang lebih cepat marah dan melampiaskan kemarahan kepada perempuan.

Kekerasan yang terjadi pada perempuan meliputi kekerasan yang dilakukan oleh pasangan dan bukan pasangan.

Bagi perempuan yang pernah atau sedang menikah ada beberapa bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan kepada kepada mereka antara lain kekerasan emosional, ekonomi, fisik dan sosial.

Sekitar 24,5% atau satu dari empat perempuan yang pernah atau sedang menikah mengalami kekerasan ekonomi dari pasangannya selama hidupnya, sementara 20,5%  atau satu dari lima perempuan yang pernah atau sedang menikah mengalami kekerasan psikis dari pasangannya.

Sementara itu kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh bukan pasangan seperti orangtua, guru, teman dan orang tak dikenal bentuknya adalah kekerasan seksual sebanyak 14,4%, fisik sebesar 5,2% atau keduanya sebanyak 4,1%.

Survei tersebut adalah survei pertama di Indoesia yang khusus menggali informasi mengenai kekerasan yang dialami perempuan berusia 15-64 tahun yang pernah, sedang atau belum menikah.

Survei dilaksanakan di tingkat nasional dengan cakupan sebanyak 9.000 rumah tangga dengan tingkat respons survei 97,3% atau 8.757 rumah tangga.

Dari setiap rumah tangga dipilih satu perempuan untuk menjadi responden.

Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan Venetia R Danes mengatakan melalui data-data tersebut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat berusia 15 hingga 30 tahun.

"Kami akan menyosialisasi tentang pentingnya pemberdayaan perempuan kepada masyarakat sebelum mereka menikah. Hal ini untuk mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan di masa yang akan datang," kata Venetia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper