Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risiko di Administered Price, Jatim Kendalikan Harga Bahan Pangan

Provinsi Jawa Timur menghadapi risiko inflasi dari penyesuaian harga yang diatur pemerintah atau administered price.
Pedagang menyortir cabai rawit merah. Cabai termasuk komoditas yang harganya sempat melonjak./Antara-R. Rekotomo
Pedagang menyortir cabai rawit merah. Cabai termasuk komoditas yang harganya sempat melonjak./Antara-R. Rekotomo

Kabar24.com, SURABAYA - Jawa Timur menghadapi risiko inflasi dari penyesuaian harga yang diatur pemerintah (administered price). Untuk mengimbangi, tim pengendali inflasi daerah (TPID) Jatim akan berupaya menekan harga pangan.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Difi Ahmad Johansyah menuturkan inflasi Jatim pada kuartal akhir tahun lalu didorong oleh kenaikan harga cabai dan administered price.

Pada kuartal IV/2016, inflasi Jatim tercatat 2,74% year-on-year atau lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang sebesar 2,69% y-o-y.

Sedangkan pada Februari 2017, inflasi Jatim tercatat 0,25% atau 1,78% dibandingkan dengan akhir tahun lalu (year-to-date). Sementara itu, jika secara tahunan, inflasi Jatim sebesar 3,99%.

“Inflasi Jatim ada risiko dari administered price, seperti penyesuaian tarif listrik 900 VA dan harga bahan bakar minyak. Jadi, untuk di Jatim kami harus menekan harga pangan,” ujarnya di acara Diseminasi Kebijakan Moneter dan Laporan Nusantara di Surabaya pada Kamis (9/3/2017).

Untuk itu, kata Difi, TPID Jatim telah melakukan high level meeting untuk berkoordinasi terkait dengan pengendalian harga pangan. TPID Jatim, lanjut Difi,  ingin adanya penyelesaian inflasi yang sustainable dan bersifat fundamental, seperti penyelesaian masalah distribusi pangan.

Selain itu, TPID Jatim juga melaksanakan dan menyempurnakan program yang sudah ada, misalnya memperkuat data pangan, melakukan operasi pasar, memberi bantuan ongkos angkut dan program angkutan mudik balik gratis yang berasal dari APBD Pemprov Jatim, terutama untuk mengantisipasi lonjakan harga pada saat hari besar keagamaan nasional.

Difi juga menyatakan pihaknya berharap pemerintah melakukan penyesuaian administered price secara bertahap atau tidak dilakukan sekaligus dari beberapa harga komoditas. Pasalnya, apabila penyesuaian tersebut dilakukan secara bersamaan, dampak terhadap peningkatan inflasi langsung terasa.

“Perlu adanya manajemen penyesuaian administered price, dan itu sudah kami bicarakan dengan teman-teman di pusat. Ini gunanya untuk meredam ekspektasi inflasi yang tinggi,” tuturnya.

Dengan proyeksi nilai tukar rupiah yang stabil, penyesuaian administered price secara bertahap dan adanya upaya TPID Jatim untuk mengendalikan harga pangan, BI Jatim optimistis inflasi ke depan masih berada dalam level yang ditargetkan, yaitu 4±1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper