Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gandeng USU, Kemenko Maritim Bangun Kawasan Wisata di Samosir

Guna mencapai target jumlah kunjungan wisatawan mancanegara hingga 20 juta pada 2019, dibutuhkan kerjasama antara kementerian, lembaga dan masyarakat kawasan wisata Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara.
Festival Danau Toba/indonesia travel
Festival Danau Toba/indonesia travel

Bisnis.com, JAKARTA –  Guna mencapai target jumlah kunjungan wisatawan mancanegara hingga 20 juta pada 2019, dibutuhkan kerjasama antara kementerian, lembaga dan masyarakat kawasan wisata Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara.

Pemerintah bekerja sama dengan Universitas Sumatera Utara untuk memberikan pelatihan keterampilan komunikasi bagi masyarakat di kawasan wisata Samosir. Pelatihan tersebut diadakan di Hotel Toledo Inn Samosir Provinsi Sumatera Utara, Kamis (15/12/2016).

Ada 62 peserta yang berlatar belakang pedagang, pemilik penginapan, pemandu wisata, pemilik jasa transportasi dan tokoh masyarakat hadir dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Kedeputian Koordinasi Bidang SDM, Iptek dan Budaya Maritim Kemenko Kemaritiman.

Anggota Satgas Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) Rima Agristina yang menjadi salah satu pembicara mengatakan bahwa selain menawarkan keindahan alam, perlu modal sosial untuk menarik wisatawan mengunjungi Danau Toba. “Modalnya adalah senyum, keramahan dan kejujuran para pelaku industri wisata disini,” ujarnya melalui siaran pers yang diterima Bisnis.

Selain keramahan, yang perlu dijaga oleh masyarakat di wilayah Danau Toba adalah kebersihan. Tak hanya itu, materi lain yang diberikan misalnya mengenai gerakan revolusi mental, gerakan budaya bersih dan senyum, dan etika komunikasi. Peserta juga dibekali tips praktis ketika berinteraksi dengan para wisatawan yang menjadi konsumennya.

“Kalau tempat kita kotor, maka wisatawan enggan datang ketempat kita,” lanjutnya.

Mazdalifah, salah seorang pengajar di Universitas Sumatera Utara (USU) meminta peserta agar mempersiapkan diri untuk menyambut wisatawan yang datang ke kawasan wisata dengan baik. Menurutnya, pembangunan sarana fisik di kawasan Toba akan sia-sia bila warga tidak berusaha untuk memperbaiki pola komunikasi mereka.

“Ada stereotype bahwa orang batak itu keras, ngomongnya kasar, tapi hal ini bisa kita ubah dengan menunjukkan gerak tubuh serta mimic muka yang ramah,” kata Mazdalifah.

Di menekankan pentingnya menjadi ramah, bukan berarti mengubah karakter asli masayarakat. Dia mengakui ada beberapa pola komunikasi unik yang tidak perlu diubah karena menjadi ciri khas masyarakat Toba.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper