Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Debat Terakhir Capres Amerika Bakal Lebih Kontroversial

Calon Presiden Amerika Serikat Hillary Clinton dan Donald Trump akan kembali bertemu dalam sesi debat kandidat terakhir.
Donald Trump berdiri tepat di belakang Hillary Clinton saat Hilllary menjawab pertanyaan audiens debat kedua calon presiden AS di St Louis. Trump terlihat membuntuti ke mana Hillary melangkah dan kerap dengan muka mengejek Hillary. /Reuters
Donald Trump berdiri tepat di belakang Hillary Clinton saat Hilllary menjawab pertanyaan audiens debat kedua calon presiden AS di St Louis. Trump terlihat membuntuti ke mana Hillary melangkah dan kerap dengan muka mengejek Hillary. /Reuters

 Kabar24.com, JAKARTA - Calon Presiden Amerika Serikat Hillary Clinton dan Donald Trump akan kembali bertemu dalam sesi debat kandidat terakhir.

Debat kandidat kali ini akan jadi pertarungan akhir keduanya menjelang Pemilihan Umum di AS.

Dalam pertarungan ini, kedua calon perlu meyakinkan mereka yang belum yang menentukan pilihan atau 'undecided voters' untuk memilih. Keduanya juga harus meyakinkan tidak ada calon yang lebih baik dari dirinya untuk menempati Gedung Putih.

Sejak sesi debat kandidat pertama kali, Trump berada dalam posisi terlemah hingga dalam survei nasional. Dia juga kalah di beberapa negara bagian yang menjadi andalannya.

Dalam beberapa kali kesempatan saat debat kandidat, Trump juga dianggap telah melontarkan argumen aneh yang menyebut pemilihan 2016 dibumbui kecurangan untuk memenangkan Hillary. Hal itu dinilai akan menguntungkan Hillary Clinton.

Sementara itu, Hillary Clinton, akan menghadapi satu set pertanyaan untuk menjawab seputar kabar emailnya yang diretas dan penggunaanserver email pribadi saat menjabat sebagai menteri Luar Negeri. Berkaca dari dua sesi debat sebelumnya, sesi selanjutnya diprediksikan akan lebih teatrikal, kontroversial, dan mengejutkan.

Hasil poling yang terus merosot dan Partai Demokrat semakin menguat membuat Trump mengeluarkan wacana baru bagi para pendukungnya, yaitu, jika dia kalah maka jangan pernah mempercayai hasil pemilihan umum.

Curang

Sebelumnya, dia pernah mengatakan pemilu kali ini dia dicurangi. Kemudian, dia juga menyebutkan sistem politik yang simpang siur ini seakan telah menjamin kemenangan Clinton. Trump justru menunjukan ketidakpercayaannya terhadap media.

Namun, argumen Trump itu hanya dianggap sebagai bentuk sikap pesimisnya untuk bisa memenangkan Pemilu AS. Bahkan pada debat sebelumnya, Trump sempat memunculkan sosok wanita yang mengaku pernah dilecehkan pada masa lalu oleh suami Hillary, Bill Clinton, yang juga seorang mantan presiden.

Meski begitu, Hillary mengambil strategi lain. Saat dia diserang dengan isu bombastis, Hillary hanya menyikapinya dengan tenang. Ia mengutip Michelle Obama, "Ketika lawan maju perlahan, saat itu kita harus menanjak cepat." Diperkirakan Hillary akan menerapkan hal serupa nanti.

Sementara, penasihat Trump mengingatkan kilennya untuk hanya fokus pada substansi dan kebijakan dari pada hanya berkutat pada masalah segala macam tuduhan kepada lawannya.

"Jika saya harus berdebat, saya hanya akan membahas apa yang orang lain inginkan, seperti pelayanan kesehatan, terorisme, ekonomi, dan pajak," kata penasihat kampamye Trump, Kellyanne Conway.

Jika penampilan debat Trump ini tidak dapat diprediksi dan persiapan debat tidak biasa, Clinton hanya terpaku pada pedoman paling tradisional: berlatih.

Kejanggalan

Clinton cenderung menghindari kejanggalan besar; secara konsisten verifikasi fakta lawannya; dan terpaku pada sikap yang dipersiapkan di atas panggung.

Padahal, debat nanti akan sulit diprediksi dan diarahkan, bahkan bagi mereka yang berpengalaman sekalipun. Perselisihan Hillary dengan Trump hanya akan mengaburkan pesannya sendiri.

Tantangan besar bagi Clinton tidak begitu berbeda dari tantangan sebelumnya. Dia harus mampu menyajikan negara dengan visi positif bagi kepresidenannya, terlepas dari argumen melawan Trump.

Tantangan Trump bahkan lebih signifikan. Debat kandidat ini akan jadi kesempatan terakhir untuk meyakinkan pemilih skeptis bahwa dia adalah kandidat politik pertama kali mampu mengasumsikan kantor kepresidenan dan membalikkan asumsi bahwa dia tidak memiliki sikap yang temperamental.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper