Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dana Desa Tahap II di Sumsel Molor

Pencairan dana desa tahap kedua untuk Sumatra Selatan dipastikan molor sampai November 2016 dari jadwal seharusnya pada Agustus 2016.
Dana desa/Ilustrasi
Dana desa/Ilustrasi

Kabar24.com, PALEMBANG – Pencairan dana desa tahap kedua untuk Sumatra Selatan dipastikan molor sampai November 2016 dari jadwal seharusnya pada Agustus 2016.

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Yusnin mengatakan, molornya pencairan dana tersebut karena masih menunggu laporan pertanggungjawaban tahap pertama.

“Saat ini pencairan dana desa tahap pertama sebesar 60% sudah masuk ke kas umum daerah [kabupaten/kota ke kas umum desa],” katanya, Senin (17/10).

Saat ini, sambung Yusnin, desa sedang menyusun laporan pertanggungjawaban (penggunaan) anggaran. Setelah itu, dana desa tahap kedua baru bisa dicairkan sebesar 40%.

“Seharusnya, pada Agustus lalu tapi diperkirakan pada November karena memang pencarian tahap pertama terlambat karena juklak dan juknis belum keluar,” paparnya.

Terkait anggaran yang dikeluarkan pada tahap pertama, Yusnin mengaku, pihaknya tidak mengetahui penggunaannya sebab tidak menerima laporan. Kabupaten langsung melaporkan langsung kepada pusat.

“Setelah pencairan tahap pertama dan tahap kedua pada akhir tahun baru dilaporkan dan dilakukan monitoring dan evaluasi,” ujarnya.

Meski pencairan tahap pertama dan kedua molor, kata Yusnin, dirinya optimistis realisasi dan penyerapan anggaran akan sesuai target, yakni 100%.

Sementara, dia melanjutkan, realisasi pencairan dana desa pada 2015 lalu mencapai 95% dan juga terlambat pencairan.

Yusnin menambahkan permasalahan lain yang dihadapi dalam penyaluran dana desa adalah minimnya tenaga pendamping.

Menurutnya, Sumsel kekurangan 200 tenaga pendamping. Ada tiga jenis tenaga pendamping yakni pendamping desa profesional, pendamping desa dan pendamping lokal desa.

Saat ini pendamping desa di Sumsel sebanyak 950 orang terdiri atas tenaga ahli di kabupaten, pendamping lokal desa ditempatkan di kecamatan dan lokal desa ditempatkan di desa.

“Paling banyak kekurangan adalah pendamping desa profesional. Banyak yang ikut tes tapi gagal karena tidak memenuhi passing grade,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper