Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MINAT BACA: Dorong Akses Buku untuk Indonesia Timur

Distribusi buku yang tidak merata turut mendorong rendahnya peringkat minat baca Indonesia
Ilustrasi./.Antara-Andreas Fitri Atmoko
Ilustrasi./.Antara-Andreas Fitri Atmoko

Kabar24.com, JAKARTA - Distribusi buku yang tidak merata turut mendorong rendahnya peringkat minat baca Indonesia.

World’s Most Literate Nations 2016 menempatkan minat baca Indonesia berada di urutan kedua terakhir dari 61 negara. Data UNESCO 2012 juga menyebutkan bahwa indeks minat membaca Indonesia hanya 0,001% atau hanya satu dari seribu orang yang gemar membaca.

Menilik data Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 2015 menunjukkan, hanya 45,9% dari 170.647 sekolah yang memiliki perpustakaan. Artinya, masih terdapat 92.215 sekolah dasar tanpa perpustakaan. Sekolah tanpa perpustakaan mayoritas berlokasi di Indonesia Timur seperti NTT, NTB, Sulawesi, Maluku, Ambon, dan Papua.

Kondisi ini yang mendorong Nila Tanzil mendirikan Taman Bacaan Pelangi di Indonesia Timur. CEO Travel Sparks ini bahkan tidak segan-segan keluar dari dunia korporasi untuk fokus ke bidang pendidikan.

Aksi Nila membuktikan tingginya minat baca anak-anak di Indonesia Timur. Hal ini terlihat dari sambutan luar biasa para orang tua dan anak-anak terhadap Taman Bacaan Pelangi. Tidak jarang, buku yang baru datang dan tidak sempat tertata di rak buku karena anak-anak berebut membacanya.

Sejak didirikan pada 2009, kini Taman Bacaan Pelangi telah mendirikan 39 perpustakaan anak-anak dengan 85.000 buku di 15 pulau yakni Kota Mulia (Puncak Jaya), Kepulauan Raja Ampat, Gowa, Banda Neira, Pulau Bacan, Lombok, Sumbawa, Flores, Komodo, Rinca, Papagaran, Kukusan, Timor, Messah, dan Alor.

Dalam tiga tahun mendatang, Nila menargetkan Taman Bacaan Pelangi masih akan terus tumbuh di 50 titik lokasi. Melalui buku yang ditulisnya berjudul Lembar-Lembar Pelangi, Nila ingin berbagi inspirasi dan mengajak masyarakat untuk turut serta berkontribusi memberikan akses buku bagi mereka.

Buku Lembar-Lembar Pelangi merangkum perjalanan Nila selama enam tahun berkecimpung di Taman Bacaan Pelangi. Buku setebal 258 halaman juga memaparkan potret pendidikan di Indonesia Timur.

“Saat ditanya apa cita-cita mereka, jawabannya hanya pastur dan guru. Mereka tidak mendapat tawaran profesi lain. Namun, setelah dua tahun kemudian saat saya datang, jawabannya beragam. Buku memberikan mereka banyak informasi untuk mimpi-mimpi mereka,” tutur Nila saat peluncuran buku Lembar-Lembar Pelangi di toko buku Kinokuniya, Jakarta.

Senada, pemehati pendidikan Shahnaz Haque, dengan pengalamannya menjadi brand ambassador sebuah peralatan makan dan dapur yang sering menuntunnya pergi ke berbagai daerah, melihat tingginya minat baca di Indonesia Timur. Hanya saja, persoalan distribusi menyebabkan sulitnya mengakses buku di wilayah tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper