Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buku Indonesia Banyak diminati di Pameran Internasional

Indonesia makin menancapkan namanya di peta kesusastraan dunia. n
Frankfurt Book Fair 2015/Ilustrasi-dw.com
Frankfurt Book Fair 2015/Ilustrasi-dw.com

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia makin menancapkan namanya di peta kesusastraan dunia. Setelah akhir tahun lalu menjadi tamu kehormatan (Guest of Honour) di Frankfurt Book Fair (FBF) 2015, Indonesia kembali diundang oleh Presiden FBF, Jurgen Boss, untuk tampil di FBF 2016.

Ajang pameran buku paling bergengsi di dunia itu diselenggarakan pada 18 Oktober - 23 Oktober 2016. Indonesia akan memamerkan 300 buku yang telah dipilih oleh Tim Kurator Independen di Stand Nasional dan 50 buku di Stand Buku Anak. Selain itu, akan dilakukan pula aktivitas jual dan beli hak cipta oleh co-exhibitor maupun literary agent.

Beberapa nama besar juga ikut berpartisipasi dalam ajang ini seperti, Laksmi Pamuntjak, Eka Kurniawan, Seno Gumira Ajidarma, dan lain-lain. Bahkan, Laksmi Pamuntjak akan mengisi sesi diskusi tentang penghargaan LiBeraturpreis untuk novelnya Amba.

Ketua Komite Buku Nasional Laura Prinsloo mengatakan minat penerbit asing pada hak cipta karya anak bangsa mulai terlihat sejak Indonesia menjadi tamu kehormatan di FBF 2015. Pada 2014 hanya ada 60 penjualan hak cipta ke luar negeri. Namun, memasuki 2016, Indonesia telah berhasil menjual ratusan hak cipta melalui berbagai festival internasional.

Di Bologna Children's Book Fair 2016 misalnya, Indonesia mampu menjual 33 hak cipta buku Indonesia ke penerbit asing. Begitu pula pada London Book Fair 2016, yang mampu menjual 27 hak cipta buku Indonesia. Secara menyeluruh, Laura menghitung penjualan hak cipta sejak 2014-2016 meningkat hingga 200%.

Padahal, sebuah penerbit asing sebelum membeli hak cipta, mereka perlu menelaah buku itu terlebih dulu. Apakah ini cocok untuk pasar di negaranya. Proses ini rata-rata membutuhkan waktu hingga dua tahun. Sementara itu, penjualan hak cipta buku Indonesia di pameran tersebut dilakukan saat itu juga.

Laura meyakini banyak penerbit asing mencari karya-karya anak bangsa, setelah Indonesia berkibar di pameran buku internasional. Selain itu, munculnya sejumlah nama sastrawan Tanah Air yang menerima penghargaan dari festival internasional bergengsi, turut membangun kepercayaan publik.

Sebut saja Eka Kurniawan yang masuk nominasi The Man Booker International Prize 2016 untuk bukunya Lelaki Harimau (Man Tiger). Novel Cantik Itu Luka yang telah diterjemahkan dalam 24 bahasa memenangkan penghargaan World Readers.

Eka juga mendapat penghargaan FT/Oppenheimer Funds Emerging Voices untuk kategori fiksi mengalahkan penulis-penulis fiksi yang sudah mendunia.

Begitu pula, Laksmi Pamuntjak yang memenangkan LiBeraturpreis pada 2016 untuk novel berjudul Amba. LiBeraturpreis merupakan sebuah penghargaan dari negara Jerman yang disponsori oleh Frankfurt Book Fair.

Adapun, cerpen Seno Gumira Ajidarma berjudul Saksi Mata memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary 1997.

Banyak penerbit asing tertarik pada karya dari sejumlah sastrawan seperti Eka Kurniawan, Tere Liye, Laksmi Pamuntjak, Leila S. Chudori.

Selain itu, buku anak, buku muslim juga menarik minat mereka. Misalnya, hak cipta buku intelektual muslim Indonesia, Haidar Bagir, berjudul Islam, The Message of Love and Happiness yang dibeli penerbit Inggris dalam Londok Book Fair 2016.

"Minat terhadap sebuah genre berbeda di tiap negara. Di China misalnya, buku ilmiah lebih menarik minat mereka. Berbeda di Malaysia yang lebih menaruh minat pada buku fiksi," tutur Laura.

Steering Committee Komite Buku Nasional Goenawan Mohamad mengatakan keikutsertaan Indonesia dalam pameran buku internasional turut menggairahkan bidang penerbitan Tanah Air.

Keikutsertaan ini memberikan publikasi yang mengantarkan nama Indonesia di mata dunia. Lebih lanjut, penerbit akan tertolong dengan makin banyak pembelian hak cipta oleh penerbit asing. Dengan dibelinya hak cipta, maka pendapatan akan bertambah. Kondisi ini akan mendorong penerbit melakukan kurasi untuk menerbitkan karya terbaik dan berkualitas.

Goenawan menambahkan program bantuan penerjemahan menjadi tantangan berikutnya bagi pemerintah. Dibandingkan dengan negara lain seperti Korea, China, Turki, Indonesia cenderung terlambat.

Begitu pula program residensi penulis ke beberapa negara untuk menyelesaikan sebuah karya, yang dicanangkan sejak tahun lalu, tetapi baru berjalan tahun ini dengan bantuan dana dari program Beasiswa Unggulan. Ada 10 penulis terpilih melakukan program residensi yang tersebar di Belanda, Prancis, Jepang, Filipina, Amerika Serikat, dan Jerman.

Sekjen Kemdikbud Didik Suhardi berharap program penerjemahan dapat mempromosikan buku Indonesia ke panggung internasional. Sejalan dengan itu harapannya ada peningkatan penjualan hak cipta kepada penerbit asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Azizah Nur Alfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper