Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Populasi Satwa Endemik Indonesia Diperkirakan Terus Menurun, Ini Penyebabnya

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB) Bambang Purwantara mengungkapkan satwa endemik Indonesia terus mengalami penuruan populasi di habitat alaminya.
Orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser/Indonesia Travel
Orangutan di Taman Nasional Gunung Leuser/Indonesia Travel

Kabar24.com, BOGOR - Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB) Bambang Purwantara mengungkapkan satwa endemik Indonesia terus mengalami penuruan populasi di habitat alaminya. 

Penurunan populasi tersebut di antaranya badak Sumatera dan orangutan, terbukti memiliki kemampuan reproduksi yang rendah. Penurunan populasi diperparah dengan tingginya tingkat perburuan dan konversi hutan untuk kepentingan perkebunan dan industri. 

"Apabila dibiarkan berkembang alamiah, diperkirakan populasi badak Sumatera di Indonesia akan menuju kepunahan," ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Jumat (26/8/2016).

Menurutnya, peran teknologi reproduksi sangat penting dalam mendorong kenaikan produktivitas ternak di Indonesia. 

Ada tiga generasi teknologi reproduksi yang dikenal, yakni inseminasi buatan (generasi pertama), transfer embrio (generasi kedua) dan produksi embrio in vitro dan varian manipulasinya (generasi ketiga).

Pertama, Inseminasi Buatan (IB) yang memiliki daya dobrak kuat dan luas dalam penyebaran keunggulan mutu genetik ternak. Hadirnya teknologi preservasi memungkinkan semen dapat disimpan dalam bentuk cair atau beku sehingga memungkinkan untuk dapat ditransportasikan ke berbagai wilayah di dunia. 

Studi genom yang dihubungkan dengan fertilitas pejantan IB sekarang sedang diarahkan pada dua unsur penting yaitu PRM1 dan miRNA. 

Bekerjasama dengan dua Balai Inseminasi Buatan (BIB) besar di Indonesia dan koperasi sapi perah yang mulai memiliki sistem pencatatan yang baik, studi ini dapat menjadi solusi dahsyat untuk menyeleksi calon-calon pejantan unggul yang ada di BIB dan Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD).

Kedua, Transfer Embrio. Menurutnya, operasional transfer embrio tergolong mahal sehingga hanya cocok untuk pemuliabiakan bibit unggul. 

Menurutnya, untuk negara berkembang seperti Indonesia, banyak hal yang harus dibangun seperti pertama, perbaikan kualitas donor sehingga panen embrio layak transfer per donor meningkat. Perbaikan kualitas resipien sehingga angka kebuntingan per transfer lebih baik. 

Ketiga iklim yang kondusif bagi berkembangnya industri perbibitan guna mengatrol harga bibit sesuai sifat keunggulannya. 

Keempat, membangun industri hormon dan bahan biologi yang membuat biaya tinggi akibat semuanya serba impor.

Kelima, Produksi Embrio in Vitro. Basis dari semua rekayasa sel untuk menghasilkan individu baru adalah prosedur produksi embrio in vitro (IVP) yang meliputi pematangan embrio in vitro (IVM), pembuahan embrio in vitro (IVF) dan kultur embrio in vitro (IVC).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper