Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Astana Para Pengkhianat, Kuburan Pelaku Kudeta di Turki

Jenazah Kapten Mehmet Karabekir tidak dimandikan dahulu sebelum dikuburkan. Tak ada yang diperbolehkan mendoakan dan menyalatkannya sebelum dia dikebumikan di sebuah lubang yang digali mendadak di dekat sebuah penampungan hewan.
Ribuan warga Turki pro-pemerintah menggelar aksi protes terhadap upaya kudeta yang dilakukan militer/Reuters
Ribuan warga Turki pro-pemerintah menggelar aksi protes terhadap upaya kudeta yang dilakukan militer/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA - Jenazah Kapten Mehmet Karabekir tidak dimandikan dahulu sebelum dikuburkan. Tak ada yang diperbolehkan mendoakan dan menyalatkannya sebelum dia dikebumikan di sebuah lubang yang digali mendadak di dekat sebuah penampungan hewan.

Karabekir adalah salah seorang dari lusinan tentara Turki yang dituduh berusaha menggulingkan Presiden Tayyip Erdogan dan pemerintahnya lewat sebuah kudeta gagal bulan ini. Nasib jenazahnya menandakan kemarahan atas malam berdarah sewaktu kudeta yang menewaskan lebih dari 240 orang itu.

Karabekir dikuburkan tanpa nisan di atas makamnya di samping tiga lubang lain sedalam dua meter yang dibuat oleh mesin penggali. Dia adalah yang pertama dikuburkan di sebidang tanah seluas setengah hectare  akhir pekan lalu di satu bagian situs bangunan tak terpakai di pinggiran timur Istanbul.

Wali Kota Istanbul Kadir Topbas menyebut kompleks pemakaman dadakan itu dengan "Astana Para Pengkhianat" yang didirikan khusus untuk para pelaku kudeta.

Pemerintah Turki yang penduduknya mayoritas muslim, telah menahan, memutasi atau memecat puluhan ribu pegawai negeri, staf pengadilan militer dan orang-orang di mana pun yang dianggap memiliki kaitan dengan para pelaku pemberontakan.

Ketika pembersihan mengundang keprihatinan dan kritik dari Barat, kelompok hak asasi manusia dan sejumlah pihak penentang pemerintah, kebanyakan warga Turki justru bersatu menentang kudeta dengan rutin menggelar aksi solidaritas.

Dikritik

Namun, bagi banyak orang, membangun "Astana Para Pengkhianat" adalah berlebihan. Pekan ini pemakaman khusus pelaku kudeta itu menuai kritik dari mana-mana, tidak hanya dari para aktivis HAM, namun juga warga Turki yang tumpah ke media sosial untuk mengutarakan penentangannya.

Reaksi publik ini membuat para pejabat menjauhkan diri dari astana atau pemakaman itu.

Kendati otoritas keagamaan Turki menyatakan mengharamkan salat jenazah untuk para pelaku kudeta, juru bicara otoritas keagamaan Turki menyatakan bahwa Imam Besar Mehmet Gormez tidak mendukung pembangunan pemakaman khusus untuk para pengkhianat karena melukai perasaan keluarga-keluarga para pelaku kudeta.

Kamis lalu Wali Kota Topbas yang menjadi salah seorang penggagas astana ini berkata kepada stasiun televisi TGRT Haber bahwa dia telah memerintahkan pencabutan plang "Astana Para Pengkhianat" kendati belum jelas benar apakah tanda itu akan terus digunakan untuk tujuan yang sama.  Juru bicara sang wali kota menolak mengomentari hal ini.

Tiada petunjuk bahwa Erdogan atau pemerintah pusat memiliki kaitan dengan keputusan sang wali kota untuk mendirikan pemakaman khusus pelaku kudeta di Istanbul itu.

Media setempat melaporkan bahwa keluarga Karabekir menolak menerima jenazahnya, sehingga mendorong pemerintah menguburkannya di pemakaman darurat Senin lalu. Adik iparnya menyatakan keluarga tidak ingin berkomentar apa-apa dan meminta privasi mereka dijaga.

"Tidak ada orang yang mau menghadap Tuhan dengan kegelapan seperti itu," kata warga di daerah Acibadem, Istanbul, di mana pemerintah dan koran-koran menyebutkan Karabekir telah menembak mati seorang pejabat daerah ketika dia dan sekelompok tentara berusaha menduduki sebuah gedung pemerintahan. Sang adik ipar menolak menyebutkan namanya dengan alasan sensitif.

Perebutan Kekuasaan

Pada 15-16 Juli, para tentara pemberontak menerbangkan jet-jet tempur, helikopter dan tank untuk menutup jembatan-jembatan dan berusaha menguasai bandara. Mereka membom gedung parlemen, markas besar polisi dan bangunan-bangunan penting lainnya untuk menguasai keadaan.

Erdogan mengambinghitamkan musuh lamanya Fethullah Gulen, ulama yang tinggal di AS, sebagai aktor utama yang mengorkestrai perebutan kekuasaan dan memperingatkan bahwa para pelakunya akan dihukum seberat-beratnya.

Gulen menolak tuduhan itu, namun pemerintah meluncarkan pembersihan terhadap jaringan luas pengikut Gulen dengan memecat atau menonaktifkan lebih dari 60.000 tentara, polisi, hakim, dosen, diplomat dan wartawan.

Hampir dua pertiga warga Turki yakin Gulen berada di balik kudeta gagal itu. Kesimpulan ini didapat dari jajak pendapat terhadap 1.496 orang yang dirilis Selasa silam. Survei Andy-Ar ini menunjukkan hampir 4 persen warga Turki menyalahkan AS atau kekuatan asing, dan sekitar 2 persen menyalahkan Erdogan.

Pembersihan besar-besaran yang sedang ditempuh Turki membuat dunia prihatin. Para pengkritik Erdogan khawatir dia tengah menggunakan peristiwa ini untuk membungkam perbedaan pendapat.

Kelompok hak asasi manusia Amnesty International mengaku telah mendapatkan bukti bahwa para tahanan telah dipukuli dan disiksa, selain juga diperkosa. Pemerintah Turki menolak tuduhan ini.

Sementara itu astana khusus para pelaku kudeta yang dijaga pengawal swasta dan berlokasi di dalam sebuah gedung bergerbang sekitar 50 km arah timur pusat kota Istanbul, memang mendapatkan dukungan dari sejumlah kalangan warga Turki, namun lebih banyak lagi yang mengkritiknya.

"Praktik semacam ini tidak benar dan presiden kami Gormez telah mengutarakan ketidaksetujuannya atas adanya astana ini kepada otoritas terkait," kata juru bicara Direktorat Hubungan Keagamaan.

Setelah merebaknya kritik, Karabekir yang dimakamkan Senin itu mungkin menjadi satu-satunya jenazah yang dikuburkan di tempat itu.

"Kami sudah diberi tahu akan ada banyak lagi jenazah yang dikuburkan di sini, ternyata itu tidak terjadi," kata seorang penjaga astana itu seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper