Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Karya Sastra Berpotensi Perkaya Kosakata

Kepala Bidang Pengembangan Pusat Pengembangan dan Pelindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dora Amalia, menuturkan karya sastra dan hasil jurnalistik berpotensi menambah kosakata baru. Sebab, penulis seringkali menemukan istilah baru sebagai pemadanan kata ke Bahasa Indonesia.
Ilustrasi kosakata/kosakata.net
Ilustrasi kosakata/kosakata.net

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Bidang Pengembangan Pusat Pengembangan dan Pelindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dora Amalia, menuturkan karya sastra dan hasil jurnalistik berpotensi menambah kosakata baru. Sebab, penulis seringkali menemukan istilah baru sebagai pemadanan kata ke Bahasa Indonesia.

Jika dibandingkan dengan bahasa Inggris, perbendaharaan Bahasa Indonesia masih belum kaya. Sejak KBBI pertama pada 1988 memuat 62.100 lema, hingga 2016 terdata 100.000 lema. Artinya, setiap tahun penambahan perbendaharaan kata baru rata-rata 1.300an lema. Tahun ini, Badan Bahasa menargetkan ada penambahan 30.000 lema dari kosakata daerah.

“KBBI bertugas mencatat semua fakta kebahasaan, baik ragam resmi maupun obrolan sehari-hari. Sehingga jika ada istilah baru, meski baru dipakai satu atau dua orang, asal sudah dipublikasikan akan kami catat sebagai fakta kebahasaan,” tuturnya.

Dengan kosakata baru, menurutnya, maka Bahasa Indonesia memiliki daya ungkap yang lebih luas. Daya ungkap tidak hanya dicapai dengan memperkaya kosakata, tetapi juga memperkaya maknanya. Satu kata bisa jadi hanya memiliki satu makna pada awalnya, tetapi perkembangan selanjutnya memiliki makna yang lebih khusus. “Ini penting karena perkembangan konsep-konsep baru. Sehingga, kita tidak perlu menyerap istilah asing yang diIndonesiakan untuk menunjuk pada konsep itu,” imbuhnya.

Bagi pengajar program studi Indonesia Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Totok Suhardijanto, perkembangan kosakata mutlak dilakukan untuk sebuah bahasa yang hidup. Sebab, kosakata sebagai alat untuk mengekspresikan berbagai macam ekspresi, perasaan, maupun pengetahuan. Dengan demikian, kosakata akan semakin mudah digunakan untuk mengekspresikan sesuatu.

Kondisi saat ini, kemampuan penulis muda dan media televisi untuk mengekspresikan melalui bahasa masih terbatas. Akibatnya, mereka lebih banyak menggunakan kosakata asing.

“Kalau begitu, lambat laun kepercayaan terhadap Bahasa Indonesia untuk mengekspresikan akan turun. Seperti membuat Bahasa Indonesia menjadi tidak cendekia atau intelektual,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper