Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM Papua Nugini Lolos Dari Mosi Tak Percaya

Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill selamat dari pemungutan suara tidak percaya, Jumat (22/7/2016), kata saluran televisi nasional, EMTV.
Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill./REUTERS
Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill./REUTERS

Bisnis.com, SYDNEY - Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill selamat dari pemungutan suara tidak percaya, Jumat, kata saluran televisi nasional, EMTV.

Hasil itu tampaknya tak mengakhiri kisruh di negara itu, yang membangun kerja sama menguntungkan dengan perusahan besar energi ExxonMobil Corp dan raksasa Prancis Total SA.

Mahkamah Agung pada pekan lalu memerintahkan parlemen berembuk guna memungkinkan oposisi mengajukan mosi tidak percaya terhadap O'Neill, langkah pertama sejak unjuk rasa mahasiswa berujung bentrok dengan polisi pada Juni.

Wakil pemimpin oposisi Sam Basil mengemukakan mosinya dalam pembukaan sidang parlemen pada Jumat dengan merinci sejumlah dugaan korupsi O'Neill sejak pertama menjabat pada 2010.

"Masalah akan datang jika kita memilih keputusan keliru," kata Basil ke anggota dewan itu. "Hari ini, perubahan itu ada di tangan kita," katanya.

Akan tetapi, Basil hanya mampu mendapatkan 21 dari 56 kursi yang tersedia guna menurunkan O'Neill.

Mogok oleh pekerja penerbangan, kelautan dan angkuta umum, yang melumpuhkan negara berbukit itu, tak jelas kapan berakhir.

Perusahaan minyak Australia, Oil Search Ltd, pada Kamis membuka jalan bagi ExxonMobil untuk mengambil alih InterOil Corp seharga 2,2 miliar dolar Amerika Serikat.

Akuisisi itu dikabarkan memberi akses besar bagi AS ke lahan produksi gas baru, serta memperluas jaringan ekspornya dari Papua Nugini.

Pemindahan tersebut dapat berujung pada kerja sama antara ExxonMobil dan Total guna mengamankan kepentingan usaha gasnya di negara kawasan Pasifik Selatan itu.

Kerja sama tersebut dinilai mampu mengurangi ongkos produksi di tengah turunnya harga gas alam cair (LNG) dan minyak.

Terlepas dari kekayaan sumber daya alamnya, kasus korupsi dan kekerasan masih endemik di negara berpenduduk tujuh juta jiwa itu, sehingga banyak pihak khawatir terhadap stabilitas jangka panjang berikut kemampuan PNG meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Martyn Namorong, kepala Koalisi Sumber Daya Pemerintah PNG meminta demonstran menghormati keputusan pengadilan guna menghindari kekacauan lebih lanjut.

"Meski kecewa, saya tetap menghormati keputusan parlemen," katanya mengungkapkan, "Rakyat Papua Nugini lebih menderita dibanding para politisi, sehingga baiknya kita tak menyiksa diri lebih banyak lagi." Pemimpin aksi protes mahasiswa, Noel Anjo meminta Australia ikut bersuara. Negara itu sebelumnya tak banyak berkomentar terkait krisis PNG.

"Mereka harus tampil dan mengatakan sesuatu, karena hal yang tak benar tengah terjadi di negeri ini berikut para pemimpinnya," katanya, "Di bawah O'Neill, kepemimpinan itu bergeser dari kurang baik jadi sangat buruk." Namorong berpendapat, peran Australia sebagai suatu bangsa di kawasan Asia-Pasifik kian berkurang.

"Saya pikir, pengaruh Australia di PNG telah menurun, hal tersebut mencerminkan ketidakpedulian negara itu terhadap situasi di Papua Nugini," tambahnya mengakhiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper