Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerugian Bencana Jawa Tengah dan Sangihe Capai Rp302 Miliar

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kerugian akibat banjir dan longsor yang terjadi di Jawa Tengah dan Kabupaten Kepulauan Sangihe mencapai Rp302,37 miliar
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat banjir dan longsor yang melanda 16 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah menimbulkan korban 35 orang tewas, 25 orang hilang, 14 orang luka-luka, ratusan rumah rusak dan kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah./Ilustrasi-JIBI Photo
Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat banjir dan longsor yang melanda 16 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah menimbulkan korban 35 orang tewas, 25 orang hilang, 14 orang luka-luka, ratusan rumah rusak dan kerugian ekonomi mencapai miliaran rupiah./Ilustrasi-JIBI Photo

Kabar24.com, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kerugian akibat banjir dan longsor yang terjadi di Jawa Tengah dan Kabupaten Kepulauan Sangihe mencapai Rp302,37 miliar.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengatakan untuk bencana yang terjadi di delapan kabupaten di Jawa Tengah yaitu di Purworejo, Banjarnegara, Kebumen, Banyumas, Sukoharjo, Kendal, dan Pekalongan mengalami kerugian sebesar Rp61,24 miliar. Sedangkan kerugian dan kerusakan akibat bencana di Kebupaten Kepulauan Sangihe sebesar Rp 214,13 milyar.

"Jadi total kerugian dan kerusakan akibat bencana sebesar Rp 302,37 miliar," kata Sutopo di Jakarta, Rabu (29/6/2016).

Dia menyatakan nilai kerugian dan kerusakan akibat bencana ini  berdasarkan nilai ekonomi.

Sementara dampak korban jiwa dan psikososial belum dihitung karena sulit mengkuantifikasi dari dampak nonekonomi.

Dalam dua bencana itu total korban jiwa dari bencana banjir dan longsor di Jawa Tengah dan Kepulauan Sangihe adalah 64 orang tewas, 3 orang hilang, 26 orang luka-luka dan 2.687 orang mengungsi hingga saat ini. Sebanyak 3.192 unit rumah rusak. 

"Kerugian dan kerusakan ini cukup besar dibandingkan dengan sumbangan ekonomi akibat pemanfaatan ruang dan lahan di daerah-daerah rawan bencana tersebut," katanya.

Kerugian ini ke depan akan semakin membesar. Pasalnya, kata Sutopo, kawasan yang terpetakan rawan bencana saat ini sudah berkembang menjadi permukiman sehingga sangat rentan terjadi bencana ketika terjadi hujan berintensitas tinggi.

Hal lain penyebab besarnya nilai kerugian dan kerusakan ekonomi akibat minimnya upaya-upaya pengurangan risiko bencana yang dapat meminimumkan dampak bencana. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper