Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENGAJAR SEKOLAH di NTT: Sepenggal Kisah Guru SD Belu

Elisa Goncalves, 56 tahun, guru sekolah dasar Katolik Atapupu, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur merasa senang siswa-siswanya kini aktif, percaya diri mengemukakan pendapatnya di kelas, dan antusias terhadap buku-buku bacaan
Ilustrasi./.Antara
Ilustrasi./.Antara

Bisnis.com, JAKARTA- Elisa Goncalves, 56 tahun, guru Sekolah Dasar Katolik Atapupu, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur merasa senang siswa-siswanya kini aktif, percaya diri mengemukakan pendapatnya di kelas, dan antusias terhadap buku-buku bacaan.

Padahal dua tahun sebelumnya, pemandangan itu sukar dijumpai Elisa.

"Siswa-siwa sekarang lebih banyak punya waktu belajar, saya sebagai guru hanya faslitator," ujarnya.

Eilza membagikan pengalamannya itu kepada para hadirin di lokakarya program Percepatan Keaksaraan/Literacy Yayasan Tunas Cilik - mitra kerja Save the Children, organisasi anak internasional di Gedung A, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia, Elisa merupakan guru yang berkesempatan mengikuti pelatihan cara pengajaran membaca, penilaian formatif, masalah bahasa dalam kelas, pengetahuan huruf, hingga kesadaran fonologis. Pelatihan itu sendiri bagian dari program percepatan aksara Better Literacy for Academic Result (Belajar) yang diselenggarakan Save the Children itu di NTT.

Mengajar di sekolah yang berbatasan dengan negara tetangga Timor Leste tersebut bukan perkara gampang. Elisa kerap menemui kendala yang berkaitan dengan alat peraga pengajaran di kelas. Sedang buku-buku bacaan di sekolah tidak begitu memadai. Oleh karena itu, dia senantiasa berkonsultasi dengan teman-temannya di organisasi internasional tersebut untuk mencari solusinya.

Benny Giri, Project Coordinator Belajar Save the Children menuturkan butuh kerja keras ekstra meningkatkan daya baca siswa-siswa di sana. Buku bacaan merupakan barang mahal karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masyarakat harus berjibaku di ladang.

Lebih-lebih akses jalan di wilayah tersebut tidak begitu mulus. Sebanyak 83 sekolah dasar di 12 kecamatan di Kabupaten Belu mendapatkan program percepatan keaksaran organisasi non profit itu berupa assessment membaca siswa, pelatihan guru, dan aksi masyarakat untuk terlibat dalam program ini.

"Kegiatan kami di antaranya membangun pos membaca. Rupanya ini cukup dapat menarik minat anak untuk mengembangkan kemampuan keaksaraan mereka," ujarnya.

Persoalan tingkat membaca siswa masih menjadi persoalan yang harus dibenahi tak hanya di SDK Atapupu, tapi di seluruh Indonesia. Hal itu setidaknya tercermin dari hasil kajian Program For International Student Assesment (PISA) 2012, tingkat membaca pelajar di Indonesia menempati urutan ke-64 dari 65 negara dengan skor 396 dari standar 496.

Di tahun yang sama, Save the Children menilai bersama Indiana University terhadap 674 siswa kelas 2 dari 35 sekolah dasar di Belu Nusa Tenggara Timur dengan hasilnya menunjukan 25 % siswa tidak dapat membaca satu pun dari 20 kota, 49% tidak dapat membaca sebuah bacaan sederhana yang terdiri atas 100 kata, dan 61 % dari total siswa yang diwawancarai tidak dapat membaca dan menjawab pertanyaan yang dibacakan.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kini juga tengah menggalakan Gerakan Literasi Sekolah untuk menumbuhkan minat membaca dan menulis siswa. Gerakan tersebut sudah mendapat pijakan hukum berupa Peraturan Mendikbud No.21/2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti.

Susatni Sufyadi, Sekretaris Satuan Tugas Gerakan Literasi Sekolah Kemdikbud mengimbuhkan gerakan literasi ini salah satunya bertujuan mengedukasi pengguna informasi yakni siswa. Sebab informasi tidak dapat dikendalikan karena itu perlu diintervensi agar mereka mampu memanfaatkan informasi-informasi itu dengan baik.

Namun minat membaca dan menulis pelajar tak akan terpacu jika para gurunya tidak mempraktikan hal demikian. Karena itu, Kemendikbud berupaya menjadikan sekolah sebagai organisasi pembalajaran yang menyenangkan dan aramah anak.

"Seluruh pihak yang terlibat di dalamnya menunjukan rasa empati, kepedulian, semangat ingin tahu, dan cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya," ujarnya.

Wakil Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sri Hartati mengungkapkan mengenai peningkatan keaksaran ini sekolah-sekolah harus memberikan kenyamanan bagi para siswa. Diantaranya kegaiatan membaca jangan dijadikan hukuman bagi para siswa. Sebab jika yang terjadi demikian maka siswa-siswa menanggap kegiatan membaca adalah hukuman.

"Sementara untuk usia dini mereka jangan dipaksa baca. Biarkan senang dengan sekolah, nanti di sekolah dasar akan mudah mengenalkan bacaan terhadap mereka," ujarnya.
Pendapat serupa juga diungkapkan Konsultan gerakan literasi, Satria Dharma. Bagi dia anak-anak di Indonesia harus diperkenalkan dengan buku sejak dini. Dengan pembiasaaan itu, mereka tak akan lagi menganggap buku sebagai sesuatu yang asing.

"Jangan sampai datang ke sekolah tidak membaca buku. Kalau iya, berarti mereka tidak mendapatkan pendidikan. Sebab kunci pendidikan adalah membaca," ujarnya.

Soal gerakan literasi, Satria menilai perlu ada kemauan politik para pemerintah daerah. Jika sudah ada kemauan politik dari pembuat kebijakan tentang hal itu maka akan memudahkan gerakan literasi-literasi di sekolah.

Sebabnya, dia mendorong para kepala daerah agar mendeklarasikan daerahnya sebagai provinsi literasi seperti DKI Jakarta. "Mesti adak political will untuk mewujudkan gerakan ini di daerah-daerah," ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dika Irawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper