Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Alasan Utama Pemilih Amerika Dukung Donald Trump

Pemilihan presiden Amerika Serikat bisa berubah menjadi salah satu kontes ketidakpopuleran terbesar di dunia.
Donald Trump/Reuters
Donald Trump/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA- Pemilihan presiden Amerika Serikat bisa berubah menjadi salah satu kontes ketidakpopuleran terbesar di dunia. Hampir separuh pemilih Amerika yang mendukung kandidat Demokrat Hillary Clinton maupun calon Republik Donald Trump ke Gedung Putih menyatakan mereka utamanya hanya berusaha menghalangi pihak lain menang menurut hasil jajak pendapat Reuters/Ipsos yang dirilis Kamis (5/5).

Hasil itu mencerminkan dalamnya perpecahan ideologis di Amerika Serikat, tempat orang menjadi makin takut pada partai oposisi, perasaan yang diperburuk oleh kemungkinan pertarungan antara taipan real estat New York dan bekas Ibu Negara, kata Larry Sabato, direktur Pusat Politik di University of Virginia. "Fenomena ini disebut keberpihakan negatif," kata Sabato.

"Kalau kita berusaha memaksimalkan efeknya, kita tidak akan bisa menemukan nomine yang lebih baik dari Trump dan Clinton," katanya seperti dikutip Reuters. Trump menggaet pendukung bersemangat dan pengecam pedas dengan omongan blak-blakan dan usul garis keras seperti seruan untuk melarang Muslim memasuki Amerika Serikat, janji memaksa Meksiko membayar dinding pembatas, dan ikrar merundingkan kembali kesepakatan perdagangan internasional.

Sementara bekas Menteri Luar Negeri Clinton menjadi daya tarik bagi pemilih yang menginginkan keberlanjutan kebijakan Presiden Barack Obama, yang membuat dia memenangi pemilihan penentuan nominasi presiden Demokrat, tapi mendapat tentangan keras dari mereka yang kecewa dengan kurangnya kemajuan selama masa pemerintahan Obama. Jajak pendapat menanyakan kepada calon pemilih motivasi utama mereka mendukung Trump atau Clinton menuju ke pemilihan umum 8 November. Jajak pendapat 29 April sampai 5 Mei dilakukan terhadap 469 calon pemilih Trump dan 599 calon pemilih Clinton.

Interval kepercayaannya lima persen poin. Sekitar 47 persen pendukung Trump menyatakan mereka mendukung dia utamanya karena mereka tidak ingin Clinton menang. Sebanyak 43 persen lainnya menyatakan motivasi utama mereka adalah menyukai posisi politik Trump, sementara enam persen lainnya mengatakan mereka secara pribadi menyukainya. Respons yang hampir sama ditunjukkan oleh para pendukung Clinton. Sekitar 46 persen menyatakan mereka kemungkinan besar akan memilihnya karena mereka tidak ingin menyaksikan kepemimpinan Trump, 40 persen menyatakan menyetujui posisi politiknya, dan 11 persen mengatakan menyukainya secara pribadi. Tentu saja, pendapat para calon pemilih bisa berubah dalam beberapa bulan kedepan.

Para kandidat akan dimatangkan dalam konvensi partai, akan mengambil ancang-ancang untuk serangkaian debat, dan akan menjadi sasaran iklan bernilai jutaan dolar. Namun atmosfer negatif tampaknya akan menguasai, kata Alan Abramowitz, profesor dari Emory University yang mempelajari peningkatan keberpihakan negatif di Amerika. Kedua pihak kemungkinan akan memutuskan strategi terbaik mereka adalah bekerja jauh lebih keras untuk menjelekkan satu sama lain, katanya. "Akan menjadi sangat-sangat negatif," tambahnya. Hal itu kemungkinana akan menjadi kecenderungan dalam jangka lebih panjang.

Studi tahun 2014 yang dilakukan Pew Research Center mendapati anggota Demokrat dan Republik telah menunjukkan pandangan lebih negatif satu sama lain dalam beberapa dekade terakhir. Pada 2014, lebih dari seperempat Demokrat dan lebih dari sepertiga anggota Republik memandang oposisi sebagai "ancaman bagi kesejahteraan bangsa." Barbara Monson (59), anggota Republik dari Murray, Utah, termasuk di antara mereka.

"Tak peduli siapa pun (nomine) Republik, saya akan memilih dia," kata responden jajak pendapat Monson tentang dukungannya untuk Trump. "Tidak akan pernah menjadi pemilih Clinton. Sekali-kali tidak." Sementara Jo-Anne Michaud (69), pemilih independen dari Abingdon, Maryland, memberitahu Reuters dia akan berusaha tetap berpikiran terbuka. Meski dia pernah memilih Republik dan Demokrat pasa masa lalu, kali ini dia merasa ditolak oleh Trump. "Saya dulu menyukai orang itu ketika melihat pertunjukannya," Michaud. "Tapi saya benci caranya bicara sekarang. Saya pikir jauh di dalam hatinya dia bukan orang baik."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper