Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UNICEF: 462 Juta Anak Usia Sekolah Tinggal Di Daerah Krisis

Sekitar 462 juta anak atau seperempat dari populasi anak usia sekolah di dunia tinggal di negara terdampak krisis baik akibat perang dan bencana.
Anak-anak pengungsi Suriah di penampungan Turki/Reuters
Anak-anak pengungsi Suriah di penampungan Turki/Reuters

Kabar24.com, LONDON— Sekitar 462 juta anak atau seperempat dari populasi anak usia sekolah di dunia tinggal di negara terdampak krisis baik akibat perang dan bencana.

UNICEF menyebutkan saat ini terdapat sekitar 75 juta anak-anak yang membutuhkan pendidikan atau bantuan untuk bisa tetap bersekolah. Namun, hinga saat ini bantuan kemanusiaan yang diarahkan untuk pendidikan hanya sekitar 2%.

Program The Education Cannot Wait Fund, yang akan diluncurkan pada pertemuan pertama Bantuan Kemanusiaan Dunia (World Humanitarian) di Istanbul pada bulan ini direncanakan bisa mengumpulkan dana senilai hampir US$4 juta yang akan dialokasikan untuk 13.6 juta anak dalam lima tahun ke depan dan 75 juta anak hinga 2030.

“Pendidikan mampu mengubah hidup dalam kondisi darurat. Sekolah dapat membantu melindungi anak-anak dari kekerasan seperti perdagangan anak dan rekrutmen oleh kelompok bersenjata. Pendidikan merupakan investasi penting bagi masa depan anak dan komunitasnya” ujar Josephine Bourne, Kepala Divisi Pendidikan UNICEF seperti dikutip dari Reuters, Rabu (4/5/2016).

UNICEF mengungkapkan bahwa sekolah juga bisa memerangi meningkatnya jumlah pekerja anak serta penikahan usia anak-anak. Namun  peran pendidikan dalam melindungi anak acap kali terabaikan dalam masa krisis.

“Ini waktunya bagi komunitas internasional untuk memprioritaskan pendidikan sebagai bagian penting dari respon kemanusiaan dasar, sama seperti kebutuhan akan air, makanan, dan tempat tinggal,” kata Bourne.

Di Suriah lebih dari 6.000 sekolah tidak lagi beroperasi, diserang, diambil alih oleh militer atau berubah menjadi tempat pengungsian. Sementara itu, di Afrika Tengah, sekitar seperempat jumlah sekolah tidak berfungsi.

Anak-anak kerap kali harus berpindah-pindah selama masa krisis dan hal ini mengganggu proses pendidikan mereka.

Di wilayah dengan tingkat kemiskinan terparah, anak-anak yang tidak bersekolah selama lebih dari setahun biasanya tidak akan kembali ke sekolah. Sementara itu, anak perempuan 2.5 kali lebih rentan putus sekolah dibanding anak laki-laki.

UNICEF mengatakan gangguan sekolah juga berdampak besar bagi pembangunan jangka panjang.

Pendidikan bisa menjadi pendorong stabilitas, rekonsiliasi, dan perdamaian serta menjadi penyangga bagi guncangan sosial dan ekonomi di masa depan. Jika edukasi tidak dimanfaatkan sebagai tuas untuk memutus siklus yang ada, maka krisis akan terus menerus terulang kembali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper