Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jatim Genjot Agroindustri

Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya menggenjot sektor agroindustri guna mengoptimalkan kinerja industri pengolahan dan pertanian.

Kabar24.com, SURABAYA—Pemerintah Provinsi Jawa Timur berupaya menggenjot sektor agroindustri guna mengoptimalkan kinerja industri pengolahan dan pertanian.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur Benny Siswanto menyatakan agroindustri di provinsi ini berperan dalam pengolahan bahan baku hasil pertanian sebagai input industri pengolahan dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

“Berkembangnya agroindustri memberikan dampak positif kepada sektor perdagangan melalui ketersediaan pasokan barang, dan memperbesar kapasitas ekspor,” paparnya secara tertulis dalam data analisis peran agroindustri dalam pembangunan ekonomi Jatim, di Surabaya, Jumat (22/4/2016).

Industri pengolahan dan pertanian merupakan bidang yang berperan penting dalam perekonomian Jawa Timur. Pada triwulan keempat tahun lalu, ekonomi Jatim didominasi pengolahan 29% sedangkan pertanian 14%, serta perdagangan 18%.

Namun dalam pelaksanaannya, seperti di daerah lain industri pengolahan Jatim juga terkendala tiga hal. Mereka adalah biaya tenaga kerja, energi, dan bahan baku. Sementara pertanian terhambat soal keterbatasan lahan, minimnya akses permodalan, serta rendahnya tingkat kesejahteraan petani.

Benny berpendapat guna mengoptimalkan kinerja dua sektor utama tersebut dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Jatim, maka pengolahan dan pertanian dapat dikolaborasikan menjadi agroindustri.

Analisis sektor agroindustri Jawa Timur dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang dipublikasikan BI Jatim menyebutkan pentingnya peran agroindustri juga tercermin pada sisi perdagangan luar negeri.

Pada akhir tahun lalu ekspor produk agroindustri berkontribusi 25,83% terhadap total ekspor Jatim. Adapun untuk impor bahan bakunya cenderung rendah hanya 6,62% dari total impor sejalan dengan tingginya suplai bahan baku domestik.

“Komoditas hasil agroindustri yang sumbang net ekspor paling tinggi adalah minyak goreng,” kata Benny.

Sejauh ini seitar 69,29% produk hasil agroindustri Jatim dipasarkan di dalam provinsi dan selebihnya ke luar Jatim. Survei Perdagangan Antar Wilayah pada tahun lalu menyebutkan pengusaha di Jatim banyak berinteraksi dengan pebisnis di Bali, NTB, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

Sebagian besar produk agroindustri dijual ke pedagang untuk diperdagangkan kembali sebanyak 66%. Adapun 11% produk hasil agroindustri dipakai kembali sebagai bahan baku industri lain, seperti makanan dan minuman, furnitur, serta industri alat musik.

“Tapi kinerja agroindustri belum mampu berkembang lebih tinggi seiring dengan penggunaan teknologi yang masih rendah,” ujar Benny.

Hadi Prasetyo, Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur, melontarkan hal senada dengan Bank Indonesia. Menurutnya, tenaga kerja di bidang pertanian belum memiliki kompetensi yang mumpuni untuk berkiprah di bidang agroindustri.

“Mereka less competency untuk menjadi tenaga kerja processing atau manufaktur. Maka harus ada shifting secara bertahap mulai dari mengaplikasikan industri processing produk pertanian yang sederhana,” tuturnya kepada Bisnis.

Selain tantangan dari sisi penguasaan teknologi, ada juga kendala soal akses terhadap sumber pembiyaan. Bank Indonesia mencatat sebanyak 42,36% agroindustri Jatim mengandalkan modal sendiri, adapun 14,54% lainya pakai lembaga nonformal seperti arisan.

Agroindustri yang memanfaatkan sumber pembiayaan dari perbankan baru 16,45%, ini rendah apabila dibandingkan dengan potensi pengembangan sektor usaha ini. Selama tahun lalu kredit yang disalurkan untuk agroindustri cenderung rendah hanya 10,62% dari total kredit yang beredar di Jatim.

Dengan kondisi yang ada, Hadi berpendapat industri processing skala kecil dan menengah dengan bahan agroindustri harus dibuka seluas-luasnya dan diberi insentif. “Tetapi ini wewenang pemerintah pusat. Di Jawa Timur, gubernur hanya bisa sampai bantuan alat produksi dan pinjaman lunak,” katanya.

Bank Indonesia menyatakan secara spasial dukungan sektor hulu di Jatim tersebar merata di seluruh kabupaten/kota. Produksi terbesar terutama dimiliki Kabupaten Jember, Lamongan, dan Bojonegoro.

Sebaran lokasi agroindustri berskala kecil cenderung mendekati wilayah produksi, seperti Kabupaten Lumajang, Pasuruan, Tulungagung, Sampang, Probolinggo, Madiun, dan Kediri. Adapun agroindustri yang berskala lebih besar terpusat di perkotaan seperti Kota Surabaya, Batu, dan Kota Mojokerto.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper