Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KONFLIK LAUT CHINA SELATAN: China Bilang AS Jangan Bikin Sensasi

Kementerian Luar Negeri China, Rabu (2/3/2016), mendesak Amerika Serikat untuk tidak membuat sensasi terhadap sengketa Laut China Selatan setelah Menteri Pertahanan Amerika, Ash Carter mengatakan tindakan-tindakan Beijing bakal membawa konsekuensi.
Laut China Selatan/military.com
Laut China Selatan/military.com

Bisnis.com, BEIJING -  Kementerian Luar Negeri China, Rabu (2/3/2016), mendesak Amerika Serikat untuk tidak membuat sensasi terhadap sengketa Laut China Selatan setelah Menteri Pertahanan Amerika, Ash Carter mengatakan tindakan-tindakan Beijing bakal membawa konsekuensi.

Carter, Selasa, memperingatkan China soal aksi "agresifnya" di kawasan Laut China Selatan, termasuk penempatan peluru kendali permukaan-ke-udara di salah satu pulau yang sedang diperebutkan.

Sebelumnya, China menempatkan hingga lima kapal di sekitar cincin karang sengketa di Laut China Selatan, menghalangi nelayan Filipina masuk ke lahan perikanan tradisional mereka, kata media di Filipina, Rabu (2/3/2016).

Dalam langkah mungkin meningkatkan ketegangan di wilayah sengketa itu, surat kabar "Philippine Star" mengatakan China mulai mengerahkan kapal ke atol Quirino, juga dikenal sebagai atol Jackson, setelah kapal nelayan baru-baru ini kandas di daerah itu. Berita itu mengutip nelayan Filipina tak dikenal dan pejabat setempat.

Walikota wilayah Kalayaan di Kepulauan Spratly Eugenio Bito-Onon Jr mengatakan kepada surat kabar itu bahwa kapal telah ditempatkan di atol tak berpenghuni tersebut lebih dari sebulan. "Mereka memiliki banyak kapal di sana," katanya, seperti dikutip Antara dari Reuters.

Militer Filipina mengatakan menerima laporan tentang keberadaan kapal China di daerah itu.

"Kami masih memeriksa kebenaran laporan itu," kata juru bicara Brigadir Jenderal Restituto Padilla kepada Reuters, "Kami tahu ada kapal China yang berlayar di sekitar wilayah Spratly. Ada juga kapal di sekitar Second Thomas Shoal, jadi kami ingin memastikan apakah kehadiran mereka permanen." Second Thomas Shoal adalah tempat angkatan laut Filipina telah menduduki dan memperkuat kapal berkarat yang kandas pada 1999 untuk meningkatkan klaimnya atas terumbu yang disengketakan.

Pada 2011, sebuah kapal perang China diduga melepaskan tembakan peringatan terhadap nelayan Filipina dekat atol Jackson.

Meningkat Nelayan tak dikenal lainnya yang dikutip oleh surat kabar Philippines Star mengatakan kapal Tiongkok mengusir mereka ketika mereka mencoba memasuki wilayah itu pekan lalu.

"Kapal China berwarna abu-abu dan putih ini, sekitar empat dari mereka berada di laguna, mencegah kami memasuki lahan perikanan tradisional kami," katanya.

Otoritas China tidak segera menanggapi permintaan fax untuk memberikan pernyataan.

China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, diyakini memiliki deposito besar minyak dan gas. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim atas perairan, tempat sekitar 5 triliun dolar AS perdagangan melewati kawasan itu setiap tahun.

Filipina sedang menunggu putusan dari pengadilan arbitrase di Den Haag terkait sengketa wilayah dengan China.

Ketegangan telah berkembang baru-baru ini, dengan Amerika Serikat (AS) dan negara lain mengecam reklamasi tanahlahan yang dilakukan Beijing terhadap pulau-pulau dan terumbu, dan penempatan terbaru peluru kendali permukaan ke udara dan pesawat tempur di Kepulauan Paracel.

Menteri Pertahanan AS Ash Carter memperingatkan China pada Selasa (1/3/2016) melawan apa yang disebutnya sebagai tindakan "agresif" di wilayah tersebut, mengatakan akan ada "konsekuensi tertentu" terhadap militerisasi di Laut China Selatan.

Beijing telah gusar dengan "kebebasan berlayar", patroli udara dan laut yang dilakukan AS dekat pulau-pulau yang diklaim Tiongkok di Laut China Selatan dan mengatakan mereka membutuhkan sarana militer untuk pertahanan diri.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper