Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Target Pajak Riau-Kepri Meleset

Ditjen Pajak Riau-Kepri memperkirakan perolehan pajak tahun ini tidak akan mencapai target Rp25 triliun.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, PEKANBARU—Ditjen Pajak Riau-Kepri memperkirakan perolehan pajak tahun ini tidak akan mencapai target Rp25 triliun.

Kepala Humas Ditjen Pajak Riau-Kepri Marialdi mengatakan pihaknya hanya bisa berupaya mencapai 90% dari target atau sekitar Rp23,5 triliun di sisa tahun ini. Jadi, total pajak yang menunggak pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp2,5 triliun. Realisasi Pajak Riau-Kepri saat ini baru mencapai Rp14 triliun atau baru 60% dari target Rp25 triliun.

“Kami masih memberlakukan penghapusan sangsi pajak. Wajib pajak dapat memanfaatkan momen ini sehingga realisasi mencapai Rp23,5 triliun aau 90%,” katanya, Selasa (1/12/2015).

Marialdi menjelaskan bahwa perusahaan-perusahan yang menunggak itu terbagi dalam beberapa bidang, diantaranya para pengembang atau pengusaha properti. Marialdi menyebutkan, pengembang merugikan negara sekitar Rp60 miliar di tahun ini. DJP akan memberlalkukan sangsi untuk menindak para pengunggak pajak.

Selain itu, perusahan-perusahaan tersebut memiliki kantor pusat di Jakarta, sehingga mereka membayar pajak di Kantor Pusat Ditjen Pajak. DJP Riau-Kepri akan berkoordinasi dengan DJP Pusat agar tidak terjadi simpang-siur data.

Menurutnya, pengembang tidak membebankan pajak pertambahan nilai (PPN) 10% kepada konsumen. Selain itu, pengusaha juga tidak memperhitungkan berapa pajak yang harus dibayar.

"Meski banyak konsumen yang memprotes soal pajak, tetap harus dibayar. Karena ketentuannya, ppn dibebankan oleh konsumen. Selain transaksi, pembangunan ritel dan developer itu juga dibebankan pajak," kata Mariyaldi.

Sementara itu, DJP Riau-Kepri mencatat penyumbang terbesar adalah sektor pertambangan dan perkebunan. Sektor ini menyumbang pajak sekitar Rp5 triliun atau mencapai 40% dari perolehan Rp14 triliun.

DJP Kanwil Riau Kepri bisa mengumpulkan lebih kurang Rp 7 triliun dari ketiga industri itu pada tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper