Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HABIB RIZIEQ DIPOLISIKAN: Nasihat Bupati Purwakarta untuk Rizieq

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menasihati pendiri Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, agar melihat persoalan sosial di Indonesia secara multidimensi.
Habib Rizieq/Antara
Habib Rizieq/Antara

Kabar24.com, PURWAKARTA-- Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menasihati pendiri Front Pembela Islam (FPI), Rizieq Shihab, agar melihat persoalan sosial di Indonesia secara multidimensi.

"Melihat Indonesia itu jangan pakai kacamata satu dimensi, tetapi yang multidimensi agar Indonesia terlihat indah dan damai," kata Dedi, Jumat (27/11/2015).

Dedi mengatakan, ucapan Rizieq yang memelesetkan kata "sampurasun" itu menjadi bagian dari materi dakwah. Dedi mengingatkan bahwa Indonesia ini berasaskan Pancasila dan UUD 45.

 "Bukan negara Islam," ujarnya.

Karena itu harus materi yang disampaikan juga harus mempertimbangkan keberagaman.

Menurut Dedi, penduduk Indonesia yang multietnis dengan sekitar 600 suku bangsa, ragam adat, budaya dan agama, serta aliran kepercayaannya, tidak bisa dilihat dari sisi sudut pandang saja.

SIMAK: Koentjaraningrat Bapak Antropologi Indonesia

"Harus utuh dan menyeluruh agar tidak terjadi kekeliruan dalam mengambil kesimpulan," tuturnya.

Kesalahan Besar

Seperti halnya ketika Rizieq memelesetkan salam orang Sunda dari "sampurasun" menjadi "campur racun" pada acara tablig akbar di Pasar Rebo, Purwakarta, medio 15 Nopember 2015, dia telah melakukan kesalahan besar. Karena, Rizieq, patut diduga telah memahaminya dengan rasa kebencian.

"Sampurasun" yang berasal dari kata "sampuraning isun", kata Dedi, dianggap Rizieq tak memiliki makna apa-apa.

"Sejatinya di balik 'sampurasun' itu terkandung makna doa: sempurnakanlah diri kalian. Maka jawabannya:rampes artinya mengiyakan atau mengaminkan," dia menegaskan.

Dedi sendiri mengaku, dalam setiap kesempatan pertemuan dengan masyarakat, di dalam apat-rapat dinas, di forum diskusi, bahkan saat melakukan safari kebudayaan di wilayah Jawa Barat dan saat mendapatkan kesempatan Pidato Budaya di markas PBB, tak pernah mendahulukan salam sampurasun.

"Sebagai orang Sunda penganut Islam, saya selalu mendahulukan ucapan assalmu'alikum, baru disusul dengan sampurasun," dia mengimbuhkan.

Sehingga, ketika salam keislaman dan kesundaan diucapkan sesuai etika, menimbulkan keagungan, keindahan dan kedamaian.

Sesalkan

Dedi menyesalkan sikap Rizieq yang kemudian menimpakan kesalahan plesetan "sampurasun" menjadi "campur racun" kepada dirinya sebagai alat pembenaran, setelah Rizieq mendapatkan kritik keras dari para tokoh dan ormas suku Sunda.

"Semestinya dia gentle, akui saja, memang dia salah telah memelesetkannya," kata Dedi.

SIMAK: 114 Tokoh Nasional Minta MKD Jujur

Dalam artikelnya berjudul "Sampurasun" yang ditulis sendiri dalam situs pribadinya, Rizieq menganggap Dedi menganut perilaku syirik yang dilarang dalam Islam. Perilaku itu tergambar lewat berbagai tindakan yang dia anggap sudah jauh dari nilai-nilai Islam.

"Dedi tidak bangga dengan Islam-nya, tapi dia bangga dengan patung, sesajen, dan tahayulnya," tutur Rizieq.

"Dedi bukan sedang memasyarakatkan 'sampurasun', tapi sedang merusak umat Islam Purwakarta dengan 'campur racun'."

Akibat plesetannya tersebut, Rizieq kemudian di hujat para tokoh Sunda, mereka mengaku tersinggung berat oleh ucapan Rizieq yang dinilai telah merendahkan salam Sunda yang memiliki makna adiluhung itu.

Akibat ketidaksenangan atas ucapan. Rizieq tersebut, dia kemudian dilarang berceramah di tatar Sunda, dia juga dilaporkan ormas Angkatan Muda Siliwangi ke Polda Jawa Barat. Rizieq juga dituntut meminta maaf atas kehilangannya tersebut kepada masyarakat suku Sunda.

BACA JUGA:

Setya Novanto Senyum Saksikan Guyonan Pencatutan Nama Jokowi

Hasil Penelitian: Rp5,5 Juta/Bulan untuk Menyokong Hidup Tahanan

Di Tengah Ancaman, New York Jamin Keselamatan Wisatawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper