Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsep Sato Umi Bantu Perekonomian Masyarakat Pesisir

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan menerapkan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan pesisir dari Jepang yang disebut Sato Umi di empat kabupaten.
Petrambak bandeng di pesisir utara Jawa./Ilustrasi
Petrambak bandeng di pesisir utara Jawa./Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan menerapkan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan pesisir dari Jepang yang disebut Sato Umi di empat kabupaten.

Salah satunya adalah Kabupaten Pekalongan yang ditunjuk sebagai percontohan penerapan konsep Sato-Umi untuk mengelola sumber daya perikanan, pesisir dan kelautan berkelanjutan di Jawa Tengah.

Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi BPPT, Tatang A. Taufik mengatakan, prinsip Sato Umi yang diadaptasi dari Jepang ini sesuai dengan pola hidup masyarakat terutama di daerah pesisir.

"Bagaimanapun juga, kegiatan ekonomi itu harus tetap memelihara aspek lokal termasuk kearifan lokal. di Pekalongan kita harapkan implementasi dari sato umi ini bisa mengubah kebudayaan yang dulunya masyarakat kota pekalongan adalah nelayan perikanan tangkap, sekarang dia harus mengembangkan sumberdaya ikan budidaya," ujar Tatang dalam workshop internasional di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015).

Dengan diterapkannya Sato Umi ke masyarakat pesisir, dapat mengubah pola pikir budaya untuk memelihara lingkungan.

"Jadi saya melihatnya ada sisi positif mengubah pola budaya dari masyarakat pekalongan," ungkapnya.

Dikesempatan yang sama, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kelautan Kabupaten Pekalongan, Aris Sidharcahya mengatakan dengan diterapkannya Sato Umi di Pekalongan sejak 2013, terbukti menurunkan angka kemiskinan.

"Tercatat dari 2013 jumlah kemiskinan di Pekalongan sekitar 168 berkurang menjadi 50. Penurunan drastis ini karena kemandirian masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang ada," kata Aris.

Sejak tahun 1990, kata Aris, di Pekalongan banyak lahan yang terintrusi air laut sebagai dampak dari perubahan iklim, mengakibatkan 400 hektare lahan terinstrusi air laut.

Dengan menerapkan teknologi IMTA, limbah organik maupun anorganik yang berasal dari sisa pakan ikan dan kotoran hewan yang selama ini merusak lingkungan pesisir bisa diminimalisir dan dijadikan sebagai pupuk bagi rumput laut. Sehingga kawasan tersebut bisa terjaga dengan baik kualitas perairannya. Dengan demikian, produktifitas bisa tetap terjaga secara berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper