Bisnis.com, JAKARTA--Presiden Joko Widodo berpesan agar pengemudi ojek pangkalan dan pengemudi Go-Jek tidak saling bermusuhan.
Di sela makan siang bersama sekitar 80 pengemudi mikrolet, Kopaja, Kopami Jaya, Metromini, Taksi Express, ojek, dan Go-jek, Presiden Jokowi menyempatkan diri untuk berdialog dengan perwakilan dari masing-masing kelompok.
Dua di antaranya adalah pengojek Sanuri dan pengemudi Go-Jek Suryadi.
"Saya sudah sering baca, sering rame antara ojek dan Go-Jek, sebetulnya menurut Go-jek apa penyebabnya," tanya Jokowi kepada Suryadi di Istana Merdeka, Selasa (1/9/2015).
Suryadi yang datang mengenakan jaket khas Go-Jek berwarna hijau-hitam mengakui perselisihan antara ojek dan Go-Jek memang kerap terjadi di lapangan.
"Kita diusir. Sana jangan di sini," ujar Suryadi.
"Kalau Go-Jek itukan lewat aplikasi, kita bukan untuk mengambil penumpang dia. Kebanyakan ojek pangkalan salah paham," lanjut Suryadi.
Sementara itu, Sanuri berkeluh kesah kepada Presiden Jokowi soal kehadiran Go-Jek yang makin menjamur di Ibu Kota. Bahkan, orang yang dulu menjadi pelanggannya, sekarang bergabung menjadi pengemudi Go-Jek.
"Sekarang ada saingan lagi, Go-Jek ya kan Pak. Tarikan sepi, kita ngetem 1 jam, 2 jam, enggak dapet penumpang. Dateng Go-Jek, tinggal klik doang dapet dia," kata Sanuri yang mangkal di wilayah Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Akibatnya, imbuh Sanuri, pendapatan ojek pangkalan menyusut dari Rp100.000/hari menjadi hanya Rp30.000/hari.
Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan pendapatan Go-Jek. Menurut Suryadi, setiap hari dia bisa mengantongi Rp300.000-400.000.
"Ya memang hidup itu bersaing, kompetisi. Jangan berantem lho, saya titip. Sama-sama untuk anak istri. Masa yang Go-Jek enggak boleh kerja? Anak istrinya mau diberi makan apa," pungkas Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel