Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KPAI Beberkan 8 Penyebab Anak Indonesia Belum Merdeka

Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus masih kontraproduktif untuk kemerdekaan anak Indonesia.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan perayaan Hari Kemerdekaan 17 Agustus masih kontraproduktif untuk kemerdekaan anak Indonesia.

"Beberapa hal masih kontraproduktif dengan spirit kemerdekaan, kata Susanto, Minggu (16/8/2015).

Mendefinisikan kata kemerdekaan, katanya, tidak semudah mengatakannya sebagai slogan apalagi bila kita kaitkan dengan penyelenggaraan perlindungan anak.

Menurutnya, KPAI masih mencatat berbagai tindakan yang merugikan anak. Pertama, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi ekonomi seperti menjadi pengemis, peminta-minta, korban jasa eksploitasi seksual karena dipaksa oleh orang dewasa.

Anak dinilai tidak berdaya melawan, menghindar apalagi menentang. Anak demikian harus dimerdekakan.

Kedua, lanjutnya, masih banyak anak yang menjadi korban pola pengasuhan yang salah. "Tidak sedikit anak yang dicubit, ditendang, dipukul, bahkan diciderai oleh orang terdekat dengan alasan mendidik," katanya.

Ketiga, banyak anak menjadi korban sistem sekolah yang bernuansa kekerasan dan senioritas. "Junior tidak kuasa melindungi dirinya dari kultur primitif kekerasan yang dibungkus kegiatan masa orientasi sekolah, pengenalan sekolah atau bahkan alasan pengkaderan," kata Susanto.

Keempat, masih banyak anak menjadi korban tontonan pornografi, kekerasan, konflik, bahkan kejahatan. Kondisi tontonan demikian harus dihapus untuk kepentingan terbaik anak.

Kelima, lanjut Susanto, masih banyak anak yang menjadi korban bisnis atas nama kebahagiaan dan keceriaan anak. Tidak sedikit arena bermain justru tidak sesuai dengan tumbuh kembang anak. Mainan berkonten peperangan, berkelahi, pembunuhan, banyak ditemukan dimainkan oleh anak.

Keenam, kata dia, masih banyak anak menjadi korban dari perilaku hidup yang tidak sehat untuk anak. Anak seringkali jadi korban perokok aktif yang berakhir sakit.

Ketujuh, kata Susanto, masih banyak anak menjadi korban eksploitasi politik. Seringkali anak dijadikan alat kampanye, juru kampenye bahkan ikut memobilisasi massa kampanye. Anak demikian harus dimerdekakan.

Kedelapan, masih banyak anak menjadi korban produk mainan yang bermasalah. Tidak sedikit anak bermain dengan media mainan tidak sehat, bau, dan mengandung bahan berbahaya untuk anak.

"Secara prinsip, anak memiliki hak untuk dimerdekakan. Semua pihak harus memastikan bahwa anak tidak menjadi korban kebijakan yang salah. Negara tidak boleh kalah," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper