Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Sumsel di Level 5,4%

Akibat belum membaiknya harga karet di pasar internasional, Bank Indonesia Perwakilan Palembang memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan berada di level 5,4% pada kuartal I/2015, atau batas bawah dari perkiraan sebelumnya 5,4%-5,8%.
Bank Indonesia Perwakilan Palembang memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan berada di level 5,4% pada kuartal I/2015, atau batas bawah dari perkiraan sebelumnya 5,4%-5,8%./JIBI
Bank Indonesia Perwakilan Palembang memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan berada di level 5,4% pada kuartal I/2015, atau batas bawah dari perkiraan sebelumnya 5,4%-5,8%./JIBI
Bisnis.com, PALEMBANG — Akibat belum membaiknya harga karet di pasar internasional, Bank Indonesia Perwakilan Palembang memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumatra Selatan berada di level 5,4% pada kuartal I/2015, atau batas bawah dari perkiraan sebelumnya 5,4%-5,8%.
Hal tersebut juga menegaskan jika pertumbuhan ekonomi kuartal I/2015 itu diprediksi lebih lambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 6,3%. Adapun, sepanjang tahun lalu pertumbuhan ekonomi Sumsel mencapai 4,68%.
Asisten Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Palembang Irfan mengatakan anjloknya kinerja pertanian berdampak terhadap perekonomian Sumsel. Pasalnya, struktur ekonomi Sumsel selama ini ditopang dari sektor pertanian. “Kondisi dunia saat ini memang sedang slow down. Akibatnya, permintaan akan produk pertanian seperti karet, sawit dan hasil alam lainnya juga ikut melemah. Imbasnya, daya beli masyarakat Sumsel juga bisa urun,” katanya, Senin (30/3/2015).
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja ekspor nonmigas Sumsel periode Januari-Februari 2015 turun 22,82% menjadi US$359,81 juta dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$466,22 juta.
Hal itu disebabkan anjloknya ekspor karet Januari-Februari 2015 hingga 43,47% menjadi US$217,73 juta dari periode yang sama tahun lalu US$385,19 juta. Begitu juga dari sisi volume karet yang turun 14% menjadi 149,64 juta kg.
Kinerja tersebut pada akhirnya mengurangi daya beli masyarakat Sumsel, terutama petani. Hal itu terlihat dari nilai tukar petani (NTP) periode Februari di level yang mengkhawatirkan, yakni 97,64 atau di bawah nilai impas antara pendapatan dan pengeluaran, yakni 100.
Oleh karena itu, Irfan meminta Pemprov Sumsel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di daerahnya, sekaligus menjaga daya beli masyarakatnya tetap tinggi. Menurutnya, Bank Indonesia Perwakilan Palembang siap untuk memberikan masukan. “Tetapi kami tetap yakin ekonomi Sumsel akan membaik seiring dengan kegiatan pembangunan infrastruktur yang tengah berlangsung. Selain dari pemerintah, kami juga berharap pihak swasta untuk tetap melakukan ekspansinya,” ujarnya.
Sementara itu, Asisten II Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan Pemprov Sumsel Ruslan Bahri mengakui anjloknya harga karet bakal mengurangi daya beli masyarakat Sumsel. Meski demikian, dia optimistis ekonomi Sumsel pada tahun ini bisa tumbuh tinggi.
“Jadi ada dua strategi Pemprov Sumsel untuk menutupi efek dari anjloknya harga komoditas ke perekonomian Sumsel itu, yakni dengan menggenjot pembangunan dan investasi. Kami harap ada multiplier effect dari dua fokus itu,” tuturnya.
Dengan perputaran rupiah yang berasal dari APBN, APBD dan swasta di Sumsel, Ruslan menilai dapat membuka adanya lapangan kerja baru. Dengan demikian, masyarakat memiliki alternatif pekerjaan yang lebih baik, dan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Dia mengungkapkan Pemprov Sumsel tidak akan memilah-milah investasi yang masuk nantinya, baik dari sisi sektoral, maupun jenis investasi. Meski demikian, dia mengaku investasi yang padat karya lebih diharapkan Sumsel. “Untuk saat ini yang penting kalau ada rencana investasi, itu masuk ke Sumsel. Enggak usah pake teori macam-macam, bawa uang kesini, sehingga masyarakat Sumsel kebagian kerja, dan pengangguran bisa ditekan,” tuturnya.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini menuturkan pemerintah daerah harus lebih agresif dalam menarik investasi, terutama dari pemerintah pusat pada tahun ini.
Pasalnya, anggaran infrastruktur melonjak signifikan hingga lebih dari Rp290 triliun pada APBN tahun ini, atau tumbuh 41% dari alokasi anggaran infrastruktur tahun lalu, akibat adanya pengalihan anggaran dari subsidi BBM ke anggaran infrastruktur.“Peluang ini harus dioptimalkan sebaik mungkin oleh pemerintah daerah untuk mendorong pembangunan infrastruktur. Alhasil, dari pembangunan tersebut diharapkan dapat menunjang sektor-sektor unggulan di masing-masing daerah,” katanya.
Menurutnya, Provinsi Sumatra Selatan memiliki potensi yang besar, terutama dari sektor pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta pertanian. Dia menilai kontribusi dari ketiga sektor tersebut cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumsel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper