Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perusahaan Enggan Investasi, Jepang Ancam Naikkan Pajak

Pemerintah Jepang tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan pajak pendapatan perusahaan pada korporasi-korporasi yang masih enggan menggunakan gunungan profit mereka untuk membantu mendorong pertumbuhan negara itu.
Ilustrasi
Ilustrasi

Kabar24.com, TOKYO – Pemerintah Jepang tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan pajak pendapatan perusahaan pada korporasi-korporasi yang masih enggan menggunakan gunungan profit mereka untuk membantu mendorong pertumbuhan negara itu.

Menteri Keuangan Jepang Taro Aso menyampaikan pemerintah harus segera menyiapkan kebijakan tertentu untuk mendorong para pelaku bisnis menggunakan jumlah kas besar yang mereka miliki terutama untuk menaikkan upah tenaga kerja.

“Isu seperti ini harus kita pertimbangkan dengan hati-hati,” ungkap Menkeu Aso di Tokyo, Kamis (26/6) saat ditanyai mengenai rekomendasi partainya untuk mengenakan pajak tambahan pada pendapatan perusahaan yang disimpan terlalu lama.

Aso menyampaikan saat ini pendapatan perusahaan telah dikenai pajak. Jika korporasi tetap menahan belanja, pemerintah dapat mengenai pajak dua kali lipat dari saat ini.

Menjelang tujuh bulan setelah korporasi-korporasi melaporkan rekor profit, pemerintah Negeri Sakura tak kunjung menyaksikan aksi investasi maupun inisiatif menaikkan upah.

Seperti diketahui, perlemahan nilai tukar yen telah mendongkrak daya saing ekspor negara itu, membumbungkan profit esportir hingga mencapai 2 triliun yen atau setara (US$16,8 miliar). Aso menilai tindakan menahan pengeluaran itu sebahai hal yang di luar batas kewajaran.

Beberapa bulan terakhir, Perdana Menteri Shinzo Abe dan Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda kerap mendesak korporasi mengalokasikan lebih banyak kas mereka untuk meningkatkan upah tenaga kerja dan belanja modal, sehingga mendorong pertumbuhan yang stagnan dua dekade terakhir.

“Perusahaan yang tidak menggunakan uang mereka untuk meningkatkan upah itu sangat kikir,” kata Aso beberapa waktu lalu.

Persoalan upah tenaga kerja menjadi isu krusial bagi Pemerintah Jepang, mengingat negara itu telah terjebak deflasi dalam enam belas tahun terakhir karena harga-harga kebutuhan yang terus membumbung tinggi telah membekukan belanja rumah tangga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper