Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPU: Jumlah Perempuan di Parlemen Tak Berubah

Jumlah perempuan di parlemen di seluruh dunia meningkat hampir dua kali lipat dalam 2 dasawarsa belakangan, namun kemajuan itu tampaknya tanpa kemajuan, kata Uni Parlemen Internasional, Kamis (5/3/2015).
Anggota DPR bersiap mengikuti rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (5/12)./Antara
Anggota DPR bersiap mengikuti rapat paripurna di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (5/12)./Antara

Bisnis.com, JENEWA - Jumlah perempuan di parlemen di seluruh dunia meningkat hampir dua kali lipat dalam 2 dasawarsa belakangan, namun kemajuan itu tampaknya tanpa kemajuan, kata Uni Parlemen Internasional, Kamis (5/3/2015).

"Tidak ada ruang untuk berpuas," kata Pemimpin Uni Parlemen Internasional Martin Chungong, yang berkantor di Jenewa dan beranggotakan 166 kelompok legislatif nasional.

Perempuan kini menduduki 22,1% dari seluruh kursi parlemen di seluruh dunia, naik dari hanya 11,3 persen pada tahun 1995.

Tapi sementara di Eropa, dan terutama negara-negara Nordik, mendominasi 10 besar parlemen yang paling banyak memiliki anggota perempuan pada 1995, kini situasinya jauh berbeda.

Negara-negara Sub Sahara Afrika saat ini mendominasi negara-negara dengan jumlah perempuan paling banyak di parlemen, dengan Rwanda berada di posisi teratas. Rwanda memiliki 63,8% perempuan di parlemen, dan diikuti oleh Bolivia dan Andorra, kata IPU.

Swedia, yang menempati peringkat keenam, adalah satu-satunya negara yang telah memilih lebih dari 40% perempuan di parlemen sejak 1995.

Namun pertumbuhan pada dasarnya terhenti tahun lalu, yang hanya mencatat peningkatan sebesar 0,3% secara global setelah melompat 1,5 poin tahun sebelumnya.

"Setelah optimisme dan keyakinan pada 2013 bahwa kesetaraan gender di parlemen dapat dicapai dalam satu generasi, kurangnya kemajuan yang signifikan pada tahun 2014 adalah pukulan besar," kata Chungong.

"Ini adalah peringatan bahwa kemajuan bukan hal yang mudah. Aksi dan kesadaran politik akan harus tetap konstan jika kita ingin berhasil mengatasi defisit gender dalam politik," tambahnya.

Selama 2 dasawarsa terakhir, transformasi ekonomi, sosial dan politik telah mengikis nilai-nilai patriarki di banyak masyarakat, sehingga memungkinkan perempuan untuk mengambil peran yang berbeda, kata IPU.

Namun, pendorong utama peningkatan keterwakilan perempuan dalam politik adalah sistem kuota, yang sekarang digunakan di lebih dari 120 negara.

Tapi IPU mengatakan "jalur cepat dampak kuota" sekarang tampaknya telah mencapai puncaknya, dan diperlukan langkah-langkah lain untuk meningkatkan partisipasi politik perempuan.

Namun, 20 tahun yang lalu, hanya ada satu parlemen di dunia di mana wanita menguasai lebih dari 40% dari kursi - di Swedia. Sekarang ada 13 negara yang memiliki jumlah perempuan di parlemen lebih dari 40%.

Jumlah parlemen yang hanya beranggotakan laki-laki di dunia telah sementara turun dari 10 negara menjadi lima negara. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper