Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Maret, Deflasi Diperkirakan Terhenti

Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat memperkirakan deflasi yang terjadi selama dua bulan di awal tahun ini akan terhenti pada Maret, menyusul kenaikan harga BBM bersubsidi dan depresiasi nilai tukar rupiah.
Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat memperkirakan deflasi yang terjadi selama dua bulan di awal tahun ini akan terhenti pada Maret, menyusul kenaikan harga BBM bersubsidi dan depresiasi nilai tukar rupiah./Bisnis.com
Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat memperkirakan deflasi yang terjadi selama dua bulan di awal tahun ini akan terhenti pada Maret, menyusul kenaikan harga BBM bersubsidi dan depresiasi nilai tukar rupiah./Bisnis.com

Bisnis.com, PADANG — Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat memperkirakan deflasi yang terjadi selama dua bulan di awal tahun ini akan terhenti pada Maret, menyusul kenaikan harga BBM bersubsidi dan depresiasi nilai tukar rupiah.

Puji Atmoko, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar menilai tekanan inflasi akan meningkat pada Maret, mengingat terjadinya kenaikan harga minyak mentah dunia yang menyebabkan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi Rp200 per liter sejak 1 Maret.
“Penyebabnya kenaikan harga minyak dunia, dan nilai tukar rupiah yang terus terdepresiasi akan berdampak pada kenaikan harga sejumlah komoditas energy,” katanya, Kamis (5/3/2015).
Dia menyebutkan awal tahun ini pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi menjadi Rp6.800 untuk jenis premium dan Rp6.400 solar, serta kenaikan harga LPG 12 kg sebesar Rp5.000 oleh Pertamina.
Bank Indonesia memproyeksikan laju inflasi tahunan Sumbar di bawah dua digit dengan tidak jauh meleset dari target inflasi nasional 4% plus minus 1%. Apalagi, dalam dua tahun terakhir inflasi daerah itu selalu tinggi, 10,87% pada 2013 dan 11,58% tahun lalu.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan deflasi Sumbar per Februari yang dihitung dari dua kota besar Padang dan Bukittinggi mencapai 2,11% dan 1,79% pada Januari. Deflasi di awal tahun ini menyebabkan tekanan inflasi Sumbar menurun dari bulan sebelumnya menjadi 5,90% (yoy).
Laju inflasi itu baik bulanan maupun tahunan masih jauh di bawah nasional yang deflasi 0,36% dengan inflasi tahunan 6,29%. Bahkan, deflasi kota Bukittinggi tertinggi di Sumatra dengan 2,35% dan Padang 2,07%.
Penyumbang deflasi tersebut masih dari kelompok volatile food atau kelompok bahan pangan bergejolak yang tercatat 8,02%. Musim panen cabai merah di sejumlah daerah di Jawa menyebabkan harga komoditas itu terkoreksi sangat jauh mencapai 47,86%, dan pasokan beras yang tinggi di Sumbar dengan deflasi 2,65%, sehingga kenaikan harga beras di Jakarta tidak berpengaruh di Sumbar.
Selain itu, kelompok administered price dari kebijakan pemerintah juga turun 1,22%, dampak penurunan BBM bersubsidi pada awal tahun lalu, masih member optimisme terhadap pengendalian inflasi dalam negeri.
Meski menandakan sinyal positif, Puji tetap mengingatkan pemerintah daerah untuk mewaspadai situasi Maret yang masih belum terkendali secara baik.
“Situasional sekali, inflasi tinggi kemudian deflasi, lalu inflasi lagi. Yang penting bagaimana menjaga ketersediaan pasokan, dan barang tetap lancar di daerah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper