Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tutup Kongres Umat Islam, Jokowi : Sakitnya Tuh Di sini

Di Jakarta masih banyak kita lihat gap. Bapak ibu silakan coba saja ke Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, naik ke lantai 60, kemudian turun lagi setelah itu ke Tanah Tinggi atau langsung ke Marunda rasanya kelihatan sekali. Dan sakitnya itu di sini, kata Jokowi.
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers, di Halim Perdana Kusuma, setelah kedatangan dari Filipina, Senin (9/2/2015)./Setpres-Rusman
Presiden Joko Widodo memberikan keterangan pers, di Halim Perdana Kusuma, setelah kedatangan dari Filipina, Senin (9/2/2015)./Setpres-Rusman

Bisnis.com, JAKARTA - Pada saat memberi sambutan dalam acara penutupan Kongres Umat Islam Indonesia ke-6 di Yogyakarta, Presiden Joko Widodo menyoroti kesenjangan ekonomi di tengah masyarakat.

Dikutip dari website Setkab.go.id, Presiden mencontohkan di Ibu Kota Jakarta kesenjangan ekonomi sangat kentara. Hal itu bisa dilihat langsung dengan menyusuri gedung pencakar langit dilanjutkan mendatangi permukiman Tanah Tinggi Jakarta Pusat atau pesisir Marunda Jakarta Utara.

“Di Jakarta masih banyak kita lihat gap. Bapak ibu silakan coba saja ke Jalan Sudirman, Jalan Thamrin, naik ke lantai 60, kemudian turun lagi setelah itu ke Tanah Tinggi atau langsung ke Marunda rasanya kelihatan sekali. Dan sakitnya itu di sini,” kata Presiden Jokowi sembari mengelus dadanya.

Jokowi menyampaikan hal itu di depan para peserta kongres, yang terdiri atas MUI, perwakilan ormas islam tingkat pusat, pondok pesantren, perguruan tinggi, lembaga-lembaga Islam domestik dan mancanegara, kalangan profesional dan tokoh perorangan.

Kesenjangan sosial itulah yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintahan Jokowi bersama Menteri Kabinet Kerja yang akan menargetkan pertumbuhan ekonomi di atas 7% dalam waktu tiga tahun.

Namun, lanjut Jokowi,  pertumbuhan ekonomi tinggi tidak ada artinya tanpa pemerataan.

“Sewaktu saya jadi Gubernur DKI Jakarta disodori data statistik yang miskin 3,8%, yang rentan miskin 37%. Saya tanya apa bedanya miskin dan rentan miskin yang jawab juga bingung. Sudahlah jangan buat kata yang sumir dan absurd, miskin ya miskin,” kata Jokowi.

Presiden juga menyinggung persoalan korupsi yang belakangan melibatkan dua lembaga hukum KPK dan Polri.

Jokowi belum menyelesaikan kasus tersebut karena butuh kalkulasi persoalan yang masih bertumpukan yakni hukum, politik dan RAPBNP 2015 yang dibahas bersama DPR.

“Tidak hanya satu masalah itu, ada tumpukan masalah politik, masalah prosedur hukum, ada lagi tumpukan masalah APBN yang baru berjalan di Dewan. Tumpukan-tumpukan seperti ini yang harus saya urai satu-persatu dan itu butuh waktu,” terang Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akhirul Anwar
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper