Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Myanmar Rusuh: Bentrokan di Kachin, Ratusan Warga Mengungsi

Ratusan penduduk desa mengungsi meninggalkan rumah mereka di Kachin, wilayah utara Myanmar yang berkecamuk, Kamis (15/1/2015), saat meletusnya bentrokan baru antara pemberontak dengan pasukan pemerintah setelah seorang politisi lokal sempat disandera.
Suku asli Kachin di Thailand melakukan proites di depan Kedubes Myanmar di Bangkok, 11 Januari 2015./Reuters-Chaiwat Subprasom
Suku asli Kachin di Thailand melakukan proites di depan Kedubes Myanmar di Bangkok, 11 Januari 2015./Reuters-Chaiwat Subprasom

Kabar24.com, YANGON - Kekacauan kembali berkecamuk di Myanmar, kali ini terjadi di wilayah utara negeri itu.

Ratusan penduduk desa mengungsi meninggalkan rumah mereka di Kachin, wilayah utara Myanmar yang berkecamuk, Kamis (15/1/2015), saat meletusnya bentrokan baru antara pemberontak dengan pasukan pemerintah setelah seorang politisi lokal sempat disandera.

Tentara melancarkan serangan baru terhadap pemberontak etnis Kachin sebelum fajar di kota Hpakant, setelah media corong pemerintah melaporkan bahwa Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) menyandera Menteri Transportasi Kamann Du Naw dan tiga polisi.

Menteri tersebut segera dibebaskan namun petugas polisi masih disandera, demikian dilaporkan harian Global New Light of Myanmar.

"Sekitar 800 orang dari tiga desa berbeda di Hpakant meninggalkan rumah mereka untuk menghindari pertempuran. Mereka berlindung di vihara-vihara dan gereja," kata Khon Ja, pegiat dari Jaringan Perdamaian Kachin yang dihubungi melalui telepon dari Yangon.

Seorang pemimpin pemberontak yang membenarkan terjadinya bentrokan itu mengatakan pihak militer mulai menembak sebelum fajar dan pertempuranpun meletus sepanjang hari.

"Kami belum pernah terlibat dalam pertempuran keras macam ini dalam masa lebih dari setahun," kata pemimpin KIA Kolonel Tan Seng kepada AFP dari markas pemberontak di Laiza.

Sekitar 100 ribu orang terpaksa mengungsi di negara terpencil yang kaya sumber daya alam yang berbatasan dengan Tiongkok itu, sejak hancurnya gencatan senjata selama 17 tahun antara pemerintah dan pemberontak pada Juni 2011.

Ketegangan dalam beberapa pekan terakhir meningkat setelah serangan pada November oleh militer di sebuah pusat pelatihan pemberontak dekat markas mereka di kota Laiza.

Serangan itu menyebabkan tewasnya lebih dari 20 kadet serta jatuhnya korban tewas di pihak pemberontak, yang tidak diketahui jumlahnya.

Pada Kamis, harian yang didukung pemerintah Global New Light of Myanmar melaporkan bahwa "sebuah unit tentara wanita Tatmadaw melakukan pengejaran pasukan KIA" setelah pemberontak menyandera menteri dan petugas polisi.

"Kelompok bersenjata KIA membolehkan menteri untuk melanjutkan perjalanannya namun tetap menyandera polisi dengan senjata dan amunisi," katanya.

Peningkatan kekerasan di Kachin memicu keprihatinan terkait pembicaraan damai yang sebelumnya juga sudah goyah.

Pemerintahan semi-sipil Myanmar berjanji untuk mengakhiri perang sipil yang telah menggoncang kawasan-kawasan etnis minoritas selama setengah abad.

Namun, dialog yang bertujuan mengamankan gencatan senjata nasional tampaknya telah mencapai batas penyangganya dalam beberapa bulan terakhir sementara upaya negosiasi dibayang-bayangi rasa saling tidak percaya yang sudah berlangsung lama serta berlanjutnya pertempuran di Kachin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Editor : Saeno
Sumber : Antara/AFP

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper