Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Ekonomi 2015: Pertumbuhan Sumatera Barat Relatif Stagnan 6,1%-6,5%

Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun depan berada dalam kisaran 6,1%-6,5%. Pertumbuhan itu relatif stagnan sepanjang 3 tahun terakhir.

Bisnis.com, PADANG--Bank Indonesia Provinsi Sumatra Barat memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun depan berada dalam kisaran 6,1%-6,5%. Pertumbuhan itu relatif stagnan sepanjang 3 tahun terakhir.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Mahdi Mahmudy mengatakan dibandingkan tahun 2014 yang hanya berkisar 5,8%, proyeksi ekonomi Sumbar tahun depan mengalami kenaikan yang cukup menjanjikan.    

“Proyeksi peningkatan pertumbuhan ekonomi itu dipicu mulai menggeliatnya investasi setelah masa resesi di Sumbar, dan kebijakan pemerintah memprioritaskan sektor pariwisata,” katanya di Padang, Selasa (9/12).

Munurutnya, iklim investasi secara nasional akan kembali tumbuh, setelah tekanan perekonomian global sedikit melonggar. Termasuk, dampaknya akan dirasakan dengan membaiknya sektor investasi lokal.

Sedangkan kebijakan pemerintah daerah yang memprioritaskan pembangunan di bidang pariwisata diyakini mampu mendongkrak kinerja bidang lain, seperti transportasi, perdagangan, jasa, dan industri kreatif.

Mahdi menilai sepanjang tahun ini, tekanan berat akibat melemahnya harga komoditas CPO dan karet di pasar global, serta pelemahan nilai tukar rupiah ikut mempengaruhi perkonomian daerah. Apalagi ekspor utama Sumbar masih didominasi dua komoditas tersebut.

Dia mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi itu dibarengi pula dengan target inflasi yang hanya 5,1% plus 1% untuk memastikan daya beli masyarakat terkendali.

Mahdi mengakui tingkat inflasi di Sumbar menembus angka dua digit dalam beberapa tahun terakhir, akibat tingginya fluktuasi harga di pasaran. Terutama untuk komoditas cabai merah dan beras, padahal pemerintah setempat mengklaim swasembada produk itu.

“Peran aktif TPID di tingkat provinsi dan kabupaten/kota harus dioptimalkan. TPID mesti mampu memberikan rekomendasi mengatasi inflasi,” ujarnya.

Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi menyebutkan pertumbuhan ekonomi Sumbar tiga tahun terakhir terbilang stabil. Namun, mengacu kepada daerah tetangga, pergerakan Sumbar bisa disebut stagnan.

“Memang stabil, tapi cenderung stagnan karena daerah lain maju pesat. Harus ada kebijakan meningkatkan pertumbuhan,” katanya.

Dia mengungkapkan pascagempa 2009 ekonomi Sumbar belum pernah menembus angka 6,5%. Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga terefleksi dari terus menurunnya kontribusi perekonomian Sumbar terhadap nasional.

Untuk keluar dari stagnasi itu pemerintah daerah mesti meningkatkan peluang penanaman modal asing dan dalam negeri terutama untuk sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, serta industri pengolahan.

Meski mendorong pertumbuhan, Syafruddin mencemaskan meningkatnya gini rasio atau tingkat kesenjangan masyarakat. Tahun lalu gini rasio Sumbar 0,363% meningkat dari tahun sebelumnya 0,360%.

“Kepala daerah mesti berani membuat kebijakan strategis, mendorong investasi dan memastikan terbukanya akses berusaha kepada masyarakat bawah. Karena yang menikmati pertumbuhan ekonomi Sumbar adalah masyarakat kalang atas,” ujarnya.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno meyakini ekonomi Sumbar akan lebih baik tahun depan. Keyakinan itu didasari keberhasilan daerah menggenjot produksi sektor pertanian seperti beras, cabai, dan jagung yang sudah surplus.

“Prioritas pemda tetap mendorong produktifitas petani sesuai kebijakan pemerintah pusat memperkuat ketahanan pangan,” sebutnya.

Selain itu, Sumbar juga memprioritaskan pengembangan sektor pariwisata sebagai basis pembangunan ekonomi, pengelolaan potensi energi dan pengolahan industri yang diserahkan kepada investor.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Sumbar menargetkan investasi asing ke daerah tersebut sebesar US$25 juta tahun depan, dan investasi dalam negeri Rp501 miliar.

Investasi diharapkan mampu menampung hingga 1.230 orang tenaga kerja langsung. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper