Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKSPOR BALI: Bangkit, Setelah Anjlok pada 2010

Nilai ekspor asal Bali mulai menunjukkan tren peningkatkan pada Oktober 2014, setelah terus mengalami tren penurunan sejak 2010.
Udang hasil budi daya salah satu komoditas andalan Bali. Ekspor mulai bangkit setelah anjlok pada 2010/JIBI
Udang hasil budi daya salah satu komoditas andalan Bali. Ekspor mulai bangkit setelah anjlok pada 2010/JIBI

Bisnis.com, DENPASAR--Nilai ekspor asal Bali mulai menunjukkan tren peningkatkan pada Oktober 2014, setelah terus mengalami tren penurunan sejak 2010.‎

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, periode Januari-Oktober 2014 nilai ekspor sebesar US$451,7 juta, meningkat 2,55% d‎ibandingkan periode sama tahun lalu US$440,4 juta.

Kendati naik, re‎alisasi ekspor tersebut masih lebih rendah dibandingkan periode sama pada 2012 senilai US$486,3 juta, 2011 US$552,2 juta, dan 2010 US$509,5 juta.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Bali Ni Wayan Kusumawathi memprediksi tren penaikan itu karena eksportir Bali mulai mendapatkan pangsa pasar baru yang mendorong kenaikan pengiriman barang.

Pasalnya, negara-negara tujuan ekspor utama seperti Amerika Serikat dan Jepang serta Eropa saat ini belum menunjukkan tren peningkatan permintaan, karena masih mengalami krisis ekonomi dan resesi.

"Kami memang mendorong sekali supaya eksportir tidak hanya mengandalkan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Eropa saja. Mereka di sana kan masih krisis, harus cari alternatif negara lain," jelasnya, Senin (7/12/2014).

BPS Bali mencatat, ekspor yang mengalami peningkatan terbesar selama 10 bulan adalah negara tujuan Thailand, yaitu naik 80,28% menjadi US$17,5 juta dari periode sama tahun lalu US$9,7 juta. Selain itu ekspor ke Singapura naik 17,32% menjadi US$39,9 juta dari sebelumnya US$33,9 juta, dan Hong Kong naik 16,39% senilai US$19,1 juta dari US$16,3 juta.

Adapun komoditas yang paling banyak diekspor ke tiga negara itu merupakan ikan dan udang serta perhiasan dan permata‎. Selain itu, komoditas barang-barang rajutan, bendari dari batu gips dan semen, barang-barang kulit serta perabot penerangan rumah.

Sementara itu, nilai ekspor ke Amerika Serikat tercatat hanya ‎tumbuh 0,38% menjadi US$96,5 juta dari US$96,2 juta, Jepang turun 0,71% menjadi US$52,6 juta dari US$53 juta. Penurunan nilai ekspor juga terjadi untuk tujuan Perancis, Inggris, dan Belanda yang menunjukkan angka pertumbuhan minus.

Kusumawathi mengungkapkan nilai ekspor Bali belum terangkat lebih tinggi disebabkan masih besarnya ketergantungan terhadap negara-negara seperti Amerika Serikat, dan Jepang yang kontribusinya mencapai 35% dari total nilai ekspor.

Karena itu, lanjutnya, pihaknya mendorong eksportir mencari negara-negara tujuan baru seperti di Kawasan Asia Tenggara yang sebentar lagi memasuki pasar bebas, juga ke Timur Tengah serta Afrika. Negara-negara berkembang itu saat ini sedang tumbuh bagus perekonomiannya sehingga dapat mendiversifikasi ekspor barang dari Bali.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Feri Kristianto
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper