Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Kimia Cemari Perairan Kutub Selatan Seperti di Kota Besar

Bahan kimia penyebab polusi yang ditemukan setiap hari pada sabun, kosmetika dan krim tabir surya ditemukan di perairan Kutub Selatan dengan tingkat yang sama dengan yang terdapat di daerah perkotaan di seluruh dunia.

Bisnis.com, WELLINGTON - Bahan kimia penyebab polusi yang ditemukan setiap hari pada sabun, kosmetika dan krim tabir surya ternyata ditemukan diperairan Kutub Selatan dengan tingkat yang sama dengan yang terdapat di daerah perkotaan di seluruh dunia.

Bahan kimia aktif tersebut pada produk perawatan pribadi --yang dikategorikan sebagai zat pencemar organik yang mulai muncul (EOC), yang bisa membahayakan ekologi dan kesehatan manusia-- terdapat di dalam aliran air kotor pembuangan yang dikeluarkan dari pangkalan penelitian Antartika, ungkap beberapa peneliti dari University of Canterbury, Selandia Baru, Kamis (4/12/2014).

EOC ditemukan di perairan pantai benua yang kebanyakan wilayah beku jarang dihuni dalam tingkat konsentrasi yang sebanding dengan banyak daerah perkotaan di dunia, termasuk di Selandia Baru.

"Kami menemukan zat pencemar di sepanjang daerah pantai lebih banyak daripada yang kami perkirakan. Tampaknya itu lah kondisi lingkungan hidup, termasuk udara sangat dingin, yang telah timbul akibat keberadaan terus-menerus bahan ini di air laut," kata peneliti Dr. Phil Emnet di dalam satu pernyataan.

Oleh karena itu, tuturnya, buangan limbah mungkin tampaknya memiliki dampak lebih besar pada daerah yang jauh lebih luas di lingkungan laut daripada perkiraan sebelumnya.

Keberadaan EOC menjadi keprihatinan internasional sebab banyak bahan kimia yang ditemukan setiap hari dirancang aktif secara biologi dan memiliki dampak besar pada organisme laut. Tapi itu belum dipelajari, kata peneliti penyelia Dr. Sally Gaw di dalam pernyataan tersebut.

"Studi ini akan mengarah kepada penanganan lebih secara lebih baik dan sistem pemantauan akan ditempatkan bagi program penelitian Kutub Selatan," kata Gaw.

Dr. Neil Gilbert, dari Lembaga Penelitian Antartika Selandia Baru di universitas itu, mengatakan di dalam pernyataan tersebut bahwa penelitian itu telah mengidentifikasi kesempatan untuk meningkatkan penanganan lingkungan hidup mengenai es.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor :
Sumber : Antara/Xinhua-OANA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper