Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENGOSONGAN KOLOM AGAMA: ICMI Anggap Beleid Agar RI Tak Disebut Negara Muslim Terbesar

Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Nanat Fatah Natsir mengatakan masih banyak tugas Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo selain mengurusi pengosongan kolom agama di kartu tanda penduduk (KTP).
e-KTP lama masih menyediakan kolom agama/Bisnis
e-KTP lama masih menyediakan kolom agama/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Presidium Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Prof Nanat Fatah Natsir mengatakan masih banyak tugas Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo selain mengurusi pengosongan kolom agama di kartu tanda penduduk (KTP).

"Masalah pengosongan kolom agama di KTP itu wacana lama dan sangat sensitif. Sebaiknya Mendagri berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Administrasi Kependudukan,"  ujarnya di Jakarta, Minggu (9/11/2014).

Menurut mantan rektor UIN Bandung itu, Mendagri sebaiknya fokus kepada hal-hal lain terlebih dahulu yang masuk ke dalam tugas-tugasnya dan harus diselesaikan.

"Otonomi daerah banyak menimbulkan masalah seperti munculnya raja-raja kecil di daerah yang seringkali membuat kebijakan yang bertentangan dengan pemerintah pusat. Itu persoalan yang lebih mendesak untuk diselesaikan," tuturnya.

Karena itu, Nanat menyarankan Mendagri untuk berhati-hati terhadap kebijakan pengosongan kolom agama selain enam agama yang sudah diatur undang-undang, yaitu Islam, Kristen Khatolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu.

Apalagi, persoalan pengisian kolom agama dalam KTP sudah diatur dalam undang-undang. Karena itu, Nanat menilai pemerintah harus mendapat persetujuan DPR apabila ingin mengeluarkan kebijakan kolom agama boleh dikosongkan.

"Wacana seperti ini sudah pernah muncul beberapa kali, baik saat Orde Baru, Orde Reformasi dan sekarang," ujarnya seperti dikutip Antara.

Terkait latar belakang di balik wacana pengosongan kolom agama selain enam yang sudah diatur, direktur Institut Madani Nusantara itu menduga usulan tersebut muncul dari kelompok tertentu agar Indonesia bukan lagi disebut negara dengan jumlah penganut Islam terbesar di dunia.

Menurut catatan Bisnis, berdasarkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, maka setiap warga negara Indonesia harus mengakui keberadaan Tuhan.

Selain enam agama yang sudah diatur undang-undang, sebagian masyarakat Indonesia juga merupakan penghayat aliran kepercayaan. Namun, aliran kepercayaan yang jumlahnya sangat banyak itu tidak bisa dicantumkan dalam KTP.

Penghayat aliran kepercayaan harus memilih salah satu di antara enam agama yang sudah diatur untuk dicantumkan dalam kolom agama di KTP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ismail Fahmi
Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper