Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warga Muhammadiyah Tersinggung dengan Aksi Ruwatan di Depan Rumah Amien Rais

Ruwatan yang dilakukan sekelompok masyarakat di depan rumah tokoh dan pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais di Yogyakarta pada Kamis (16/10), telah menyinggung warga Muhammadiyah.

Bisnis.com, JAKARTA - Ruwatan yang dilakukan sekelompok masyarakat di depan rumah tokoh dan pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais di Yogyakarta pada Kamis (16/10), telah menyinggung warga Muhammadiyah.

"Aksi demonstrasi dengan mengadakan ruwatan itu bertentangan dengan Muhammadiyah. Aksi itu tidak pantas ditujukan kepada Amien Rais sebagai tokoh Muhammadiyah," kata Saleh Partaonan Daulay, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Menurut Partaonan yang juga Ketua DPP PAN, aksi ruwatan telah menganggu suasana kebatinan keluarga besar tokoh dan pendiri PAN tersebut.

"Kalau demonstrasi seharusnya dilakukan pada tempatnya. Kemarin ada ratusan orang demo di depan rumah PAN, itu biasa saja. PAN tidak protes, bahkan aspirasi mereka didengar dan dibicarakan serius," katanya.


Saleh mengatakan aksi demonstrasi dengan mengadakan ruwatan itu bertentangan dengan Muhammadiyah. Karena itu, aksi itu tentu tidak pantas ditujukan kepada Amin Rais sebagai tokoh Muhammadiyah.

Hal itu membuat sebagian warga Muhammadiyah ikut merasakan dan merasa terhina.

"Karena itu, para pelaku diminta untuk secara jantan mengucapkan permohonan maaf. Hal ini diperlukan demi menjaga ketentraman suasana kebatinan semua pihak," tuturnya.

Apalagi, pada Senin (20/10) akan dilaksanakan pelantikan presiden baru Indonesia, Joko Widodo.

"Ruwatan itu sangat provokatif dan melewati batas. Apalagi sampai ada penyebutan Sengkuni yang sangat buruk dalam tradisi dan budaya Jawa," katanya.

Saleh menilai kegiatan tersebut jelas-jelas mengandung muatan politik yang sangat besar, terutama untuk mendegradasi ketokohan dan kepeloporan Amien Rais yang merupakan salah satu tokoh reformasi.

Menurut Saleh, setiap orang diperbolehkan menyampaikan kritik dan ketidaksetujuan. Namun, kritik dan ketidaksetujuan itu seharusnya disampaikan secara santun dan bertanggung jawab.

"Tujuan kritik adalah untuk membangun, bukan untuk mengerdilkan apalagi menghina," tegasnya. (ant/yus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper