Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Yen Kian Bebani Konsumsi Jepang

Pelemahan yen memperparah kondisi deflasi Jepang, seiring kenaikan harga barang-barang pokok membekukan belanja masyarakat.

Bisnis.com, TOKYO – Perlemahan yen memperparah kondisi deflasi Jepang, seiring kenaikan harga barang-barang pokok membekukan belanja masyarakat. Jika terlambat menindak tergerusnya nilai tukar, akan sulit bagi Perdana Menteri Shinzo Abe menggeliatkan kembali ekonomi negara tersebut.

Yen kembali tergelincir ke level 110 per dolar, terendah dalam 6 tahun. Kejatuhan ini menyusul survei yang dipublikasikan Bank of Japan (BoJ) yang menyatakan kepercayaandiri masyarakat Jepang terkikis karena harga tinggi tidak dibarengi dengan kenaikan pendapatan.

Indeks confidence rumah tangga jatuh hingga -20,4 pada September, kejatuhan terbesar dalam lebih dari 3 tahun. Menurut salah seorang dewan bank sentral, sentimen konsumen terdampak terutama oleh kenaikan harga-harga kebutuhan.

 “Abe harus berhati-hati atas outlook konsumsi. Belanja rumah tangga jatuh sejak kenaikan pajak penjualan,” ungkap ekonom HSBC Holdings Plc, Izumi Devalier di Hong Kong, Kamis (2/10).

Abe dinilai harus segera mengimplementasikan kebijakan terkait perlemahan yen yang sebelumnya juga dikeluhkan oleh sejumlah pebisnis Negeri Sakura. Seperti diketahui, capaian inflasi 2% tahun ini merupakan cita-cita utamanya sejak menjabat akhir 2012 lalu.

Perlemahan konsisten yen pun berdampak langsung pada korporasi yang hingga kini menahan penaikan upah. Adapun belanja masyarakat berperan penting bagi kebijakan ekonomi Abe mengingat aspek tersebut berperan 60% pada produk domestik bruto (PDB) Jepang.

Data pemerintah menunjukkan penjualan retail kembali turun pada Agustus, kejatuhan pada bulan kelima sejak kenaikan pajak penjualan dari 5% menjadi 8% April lalu. Di saat yang sama upah terhadap inflasi turun 2,6%.

Di sisi lain, data yang juga dipublikasikan BoJ Selasa lalu mengimplikasikan Abe masih dapat berharap pada korporasi negara tersebut yang menunjukkan intensi akan meningkatkan belanja modal sebesar 8,6% hingga maret 2015.

Saat ini para pebisnis, ekonom, dan investor Jepang menyatakan keraguannya atas komitmen Jepang mengendalikan utang pemerintah. Mereka juga mengaku tengah menunggu keputusan terdekat Abe atas rencana kenaikan pajak, karena berkenaan dengan pasar finansial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dara Aziliya
Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg/Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper