Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inalum Kian Seksi, Jadi Rebutan Jenderal Hingga Konglomerat

Selangkah lagi pabrik aluminium terbesar di Indonesia akan menjadi milik pemerintah 100% setelah beroperasi sejak perjanjian RI-Jepang pada 7 Juli 1975. Kontrak kerja sama pengelolaan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) ini akan berakhir pada 31 Oktober 2013.Tarik menarik kepentingan terutama terkait kepemilikan saham perusahaan yang berbasis di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, ini cukup panas. Tidak hanya kepentingan pemerintah pusat dan daerah Sumut, disebut-sebut juga beberapa jendral hingga konglomerat berminat memiliki saham Inalum.

Bisnis.com, JAKARTA - Selangkah lagi pabrik aluminium terbesar di Indonesia akan menjadi milik pemerintah 100% setelah beroperasi sejak perjanjian RI-Jepang pada 7 Juli 1975. Kontrak kerja sama pengelolaan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) ini akan berakhir pada 31 Oktober 2013.

Tarik menarik kepentingan terutama terkait kepemilikan saham perusahaan yang berbasis di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, ini cukup panas. Tidak hanya kepentingan pemerintah pusat dan daerah Sumut, disebut-sebut juga beberapa jendral hingga konglomerat berminat memiliki saham Inalum.

Tidak tanggung-tanggung, triliunan rupiah disiapkan oleh sejumlah konglomerat Tanah Air. Sebut saja mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada periode Presiden Abdurrahman Wahid yang juga yang juga jenderal bintang empat Khusus Angkatan Darat, Luhut Panjaitan.

Luhut sebagai pemegang saham utama dan pendiri PT Toba Sejahtra Group sangat tergiur dengan legitnya saham Inalum. Dia menyiapkan dana hingga US$500 juta atau setara dengan Rp7 triliun untuk mengambilalih saham Inalum.

Melalui perusahaan patungan yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi Sumut, 10 Pemkab/kota se-kawasan Danau Toba, Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) dan PT Toba Sejahtra Group, Luhut dapat memiliki saham Inalum dengan mekanisme tertentu.

Perusahaan konsorsium yang rencananya akan berbentu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) tersebut akan mengambilalih seluruh saham milik Nippon Asahan Aluminium (NAA) sebesar 58,87%. Dana untuk mengambilalih diperoleh dari Toba Bara sebesar Rp7 triliun dan Apemindo sebesar Rp10 triliun-Rp12 triliun.

Mangindan Simbolon, Bupati Samosir sebagai salah satu dari 10 pemkab/kota yang termasuk dalam kawasan operasional PT Inalum, mengatakan bahwa Toba Sejahtra dan Apemindo akan bertindak sebagai penyedia dana. Tentu danyanya diperoleh dari sindikasi pebankan yang telah memberikan komitmen yakni BNP Paribas dan Deutcshe Bank.

"Itu konsep awal kalau pemerintah pusat dan DPR setuju seluruh saham 58,88% itu untuk Sumut. Dari sisi dana kami tidak ada masalah," ungkapnya ketika dihubungi Bisnis, Jumat (25/10/2013).

Pemda Sumut yang terdiri dari Pemprov Sumut dan 10 Pemkab/kota pada awalnya menilai untuk mengakuisisi 20% saham Inalum saja terlalu besar. Beberapa Pemkab/kota mengaku tidak memiliki dana untuk membeli saham Inalum itu.

Akan tetapi, kesepakatan berubah. Pemda Sumut akhirnya sepakat untuk bersama memperjuangkan 58,87% saham Jepang di Inalum. Kesepakatan itu dicapai dalam pertemuan yang dilaksanakan di Hotel JW Mariott Medan, Sabtu (12/10/2013).

Harapan untuk memiliki saham Inalum membuncah saat ada titik terang pendanaan untuk akuisisi. Pemda Sumut diperkirakan tidak akan mengeluarkan dana sepeserpun untuk memiliki saham Inalum. Dengan Penuh percaya diri, Pemda Sumut bersama perusahaan konsorsium ingin mengakuisisi seluruh saham milik Jepang.

Konsep awal ketika Pemda Sumut berniat mengakuisisi seluruh saham Inalum dari Jepang, kepemilikan saham akan dibagi dari 58,87% itu. PT Toba Sejahtra dan Apemindo sebagai penyedia dana akan mendapatkan saham Inalum sebesar 80%, dan Pemda Sumut akan mendapatkan 20% saham dari total 58,87%.

Pendanaan tersebut, sambungnya, dianalogikan sebagai golden share. Pemda Sumut hanya akan berutang di atas kertas dan tidak diharuskan membayar secara tunai. Pengembalian pinjaman tersebut akan dilakukan secara bertahap dari keuntungan operasional Inalum selama 4-5 tahun.

Adapun proporsi saham akan bergerak. Saham milik Pemda Sumut akan bergerak semakin besar hingga mencapai 100% dari 58,87% tersebut. Sedangkan saham milik PT Toba Sejahtra dan Apemindo akan terus berkurang semakin kecil hingga habis.

Ditargetkan setelah 5 tahun, Pemda Sumut akan memiliki saham lebih dari 50%. Saat hal itu sudah terjadi, Pemda Sumut akan menjadi pemegang saham pengendali dan dapat menentukan arah perusahaan yang diperuntukkan bagi kesejahteraan masyarakat Sumut.

DPR RI rupanya memberikan sinyal negatif. Legislator memang mendukung kepemilikan saham Inalum oleh Pemda Sumut. Namun, mereka hanya merestui Pemda Sumut memiliki maksimum 30% saham Inalum.

Hasil pertemuan internal Komisi VI DPR, Selasa (22/10/2013) malam akhirnya diputuskan legislatif menerima keinginan Pemda Sumut untuk memiliki saham Inalum dengan catatan kepemilikan pemerintah Indonesia dipertahankan minimal 70%.

"Buat kami tidak ada masalah, angka saham akan dinegosiasikan antara kami dengan pemerintah pusat," katanya.

Kendati keputusan itu kurang memuaskan bagi Pemda Sumut, mereka sadar posisinya tidak dapat menentukan posisi Inalum. Saat ini prosesnya adalah antara pihak Jepang dan Indonesia, bukan dengan Pemda Sumut.

Begitu pula Mangindan, dia sadar sebagai kepala daerah, dengan angka saham tersebut pihaknya masih memiliki saham Inalum. Pasalnya Pemda Sumut juga masih bagian dari NKRI. Keputusan politik antara pemerintah dan DPR menurutnya harus dihargai.

Pemda Sumut akan berkonsolidasi dengan pihak PT Toba Sejahtra dan Apemindo. Pihak swasta tersebut akan ditanyakan kebersediaan mereka dalam menyediakan dana untuk akuisisi saham Inalum yang hanya 30%. Mangindan mengaku masih butuh waktu untuk sebuah kesepakatan baru.

"Di sisi lain, Pemda juga tengah menyiapkan permintaan kepada Pemerintah Pusat agar dari 30% saham Inalum tersebut minimal sebanyak 20% berbentuk golden share, karena selama ini kami tidak mendapatkan apa-apa," jelasnya.

Nasril Kamaruddin, Direktur Umum dan Sumber Daya Manusia PT Inalum, mengatakan kinera perseroan hingga akhir Juni 2013 masih sesuai dengan target yang ditetapkan. Terhitung sejak April-Juni 2013 Inalum telah memproduksi sebanyak 64.136 ton aluminium batangan (ingot).

Produksi selama kuartal I/2013 tersebut masih sesuai dengan target yang ditetapkan sepanjang tahun ini Inalum dapat memproduksi 250.000 ton ingot. Hal itu dikarenakan level air Danau Toba pada posisi stabil mencapai 904,740 meter di atas permukaan laut dan didukung oleh kerja keras 1.932 karyawan.

"Hanya saja dalam penjualan terpengaruh dengan kondisi Eropa yang mengakibatkan penurunan harga. Harga aluminium turun hingga 20% dan pasti berakibat pada penurunan pendapatan Inalum sebesar 20% juga," ujarnya kepada Bisnis.

Pada 2012, Inalum mencatatkan laba bersih sebelum audit sebesar US$61 juta. Pada tahun sebelumnya, Inalum juga telah membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar US$57 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Sukirno
Editor :
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper