Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duka Cita atas Wafatnya Prof Soetandyo Wignyosoebroto

Bisnis.com, BANDAR LAMPUNG - Kesedihan atas kepergian Prof Soetandyo Wignjosoebroto MPA (81), Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga Surabaya dan pejuang hak asasi manusia tidak hanya dialami oleh keluarga, kolega dan muridnya di Indonesia, tapi juga

Bisnis.com, BANDAR LAMPUNG - Kesedihan atas kepergian Prof Soetandyo Wignjosoebroto MPA (81), Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga Surabaya dan pejuang hak asasi manusia tidak hanya dialami oleh keluarga, kolega dan muridnya di Indonesia, tapi juga di luar negeri.

Prof Soetandyo yang meninggal dunia di RS St Elisabeth Semarang, Jawa Tengah, Senin, pukul 07.10 WIB, karena stroke itu, disambut dukacita oleh banyak kalangan di sejumlah daerah termasuk di Lampung, dan di luar negeri.

Salah satu kerabatnya, Manunggal K Wardaya, menyampaikan informasi adanya ungkapan dukacita dari Prof Jan Michiel Otto, Guru Besar di Universitas Leiden Belanda yang juga kolega almarhum telah disampaikan dalam pernyataan belasungkawa.

Berikut petikan surat elektronik yang dikirimkan pada keluarganya: "On behalf of all colleagues at the Van Vollenhoven Institute. I have known him for more than 25 years and I am grateful that we have met many times both in Indonesia and in Leiden. It was Daniel Lev who introduced us. I have always been deeply impressed by Pak Tandyo. He embodied so many positive human capacities: his warm friendliness, his relentless idealism, his sharp mind, his continuous commitment, his engagement with others irrespective of age or social position, his gentle piousness, the broadness of his concern with justice. The social-legal community in Indonesia has lost one of its great pioneers. We will all miss him dearly, but more than that we will remember him as a wonderful human being, and we remain inspired by him and his work." "Sejak enam tahun terakhir, kakak saya memang 'wira-wiri' (pergi-pulang) Surabaya-Semarang, karena beliau mengajar di Undip," kata adik kandung almarhum, Sritomo Wignjosoebroto di rumah duka Jalan Dharmawangsa 3, Surabaya.

Dosen Jurusan Teknik Industri FTI ITS yang baru saja pensiun itu menjelaskan, kakaknya yang pernah menjadi anggota Komnas HAM 1993-2002 dan penerima Yap Thiam Hien Award (2011) merupakan kakak, pengganti ayah, guru dan juga idola serta kebanggaan keluarga.

"Saya pernah bekerja di dunia perminyakan, tapi saya akhirnya mengajar di almamater (ITS), karena saya melihat kakak saya begitu bersemangat dengan profesinya. Kalau kakak saya yang dosen saja bisa mendidik saya seperti ini, masak saya tidak bisa," ujarnya.

Menurut aktivis mahasiswa era tahun 1970-an itu, kakaknya yang merupakan pendiri Fisip Unair Surabaya pada tahun 1977 itu, meninggal dunia setelah dua kali terkena serangan stroke sejak enam bulan terakhir.

"Awalnya, serangan stroke hanya mengenai mata beliau dan akhirnya membaik, tapi sebelum Lebaran justru menyerang kakinya dan tanggal 26 Agustus 2013 mulai ada keluhan mual hingga kritis akibat pembengkakan di otak kecil dan mengalami penyumbatan darah otak," katanya.

Akhirnya, kakaknya yang dikenal sebagai sosiolog hukum dan mengajarkan pentingnya hukum dari sisi keadilan atau bukan hukum secara yuridis formal itu, mengembuskan nafas di rumah sakit itu pada 2 September 2013 pukul 07.10 WIB.

"Senin (2/9) siang, jenazah almarhum dibawa ke Surabaya lewat jalur darat. Mungkin jenazah tiba maghrib (Senin malam) dan akan disemayamkan di rumah duka dulu. Rencananya, Selasa pagi dibawa ke Aula Fisip Unair untuk selanjutnya dimakamkan di TPU Keputih," kata dia.

Almarhum yang lahir di Madiun pada 19 November 1932 meninggalkan tiga putri dan lima cucu, sedangkan istrinya Ny Asmaningsih meninggal dunia terlebih dulu pada 10 Juni 2005.

Ketiga putrinya adalah Sawitri Dharmastuti, Saraswati Paramastuti, dan Titisari Pratiwi.

Semasa hidupnya, Prof Tandyo, panggilan akrab almarhum, dikenal sebagai pionir pengembangan kajian sosiolegal di Indonesia.

Bersama koleganya dari Undip Semarang, (Alm) Prof Satjipto Rahardjo, Prof Tandyo mengembangkan kajian sosiolegal.

Sejumlah dosen, peneliti, dan praktisi di Lampung mengaku pernah mendapatkan bimbingan almarhum Prof Tandyo serta mengaku sangat kehilangan dan turut berdukacita atas kepergiannya itu.

Selamat jalan Prof Tandyo, kami semua kehilanganmu, ilmu mu akan terus hidup di hati kami, begitu ungkapan Oki Hajiansyah, salah satu mahasiswa pascasarjana Universitas Lampung yang pernah dibimbingnya. (Antara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper